JAKARTA - Fetch.AI, protokol kripto yang berfokus pada Artificial Intelligence (AI), baru saja mengumpulkan investasi senilai 40 juta dolar AS (Rp601 miliar) dari DWF Labs, sebuah perusahaan investasi dan market maker. Menurut laporan yang diterbitkan di CoinDesk pada 29 Maret, investasi ini akan digunakan untuk memungkinkan integrasi AI yang lebih besar pada platform Fetch.AI.
"Platform Fetch.ai menyediakan solusi komprehensif untuk membangun dan menerapkan aplikasi peer-to-peer dengan otomatisasi dan kemampuan AI," kata Andrei Grachev, dari Fetch.AI,” kata Andrei Grachev, dari Fetch AI, dikutip dari CryptoSlate.
Fetch.AI bergabung dengan beberapa kripto AI lainnya seperti SingularityNET (AGIX), Graph (GRT), Ocean Protocol (OCEAN), dan RLC yang semuanya mengiklankan kemampuan untuk berintegrasi dengan AI sebagai bagian dari prinsip-prinsip dasar pendiriannya. Menurut data CryptoSlate, total kapitalisasi pasar sektor AI kripto saat ini adalah 3,64 miliar dolar AS (setara Rp54,7 triliun), turun 233 juta dolar AS (Rp3,5 triliun) sejak Februari.
Di samping investasi pada sektor kripto AI tertentu, ada juga teknologi baru yang bertujuan untuk membantu investor melalui bot perdagangan yang didukung AI. Salah satu perusahaan tersebut, PulseFolio, memanfaatkan algoritme pembelajaran mesin dan data pasar historis untuk merumuskan strategi perdagangan yang disesuaikan untuk pengguna berdasarkan toleransi risiko dan tujuan aset mereka.
BACA JUGA:
Namun, kekhawatiran tentang dampak negatif AI terus tumbuh. Pada 29 Maret, Elon Musk dan beberapa ahli lain menandatangani sebuah surat terbuka yang menyerukan "moratorium" selama enam bulan untuk model bahasa tingkat lanjut, termasuk Chat GPT-4 OpenAI. Mereka berpendapat bahwa lebih banyak waktu harus diberikan untuk mempelajari dampaknya pada bidang seperti kedokteran, hukum, akuntansi, dan bahkan investasi.
Goldman Sachs memprediksi bahwa pada tahun 2033, AI akan menambah 1,5 persen pada PDB global dan menjadi kapitalisasi pasar sebesar 7 triliun dolar AS (sekitar Rp105,3 kuadriliun). Menanggapi hal ini, Goldman Sachs mengatakan, "AI dianggap sebagai perubahan besar berikutnya dalam teknologi setelah evolusi internet, seluler, dan cloud [...] Alat-alat AI generatif memiliki dampak yang luas di berbagai industri, mulai dari perangkat lunak perusahaan hingga perawatan kesehatan, layanan keuangan, dan banyak lagi."
Dengan begitu banyak inovasi dan potensi dalam sektor AI, tetaplah penting untuk mempertimbangkan dampak yang mungkin terjadi dan bagaimana teknologi ini dapat dimanfaatkan secara positif bagi manusia dan lingkungan sekitar kita.