<i>Artificial Intelligence</i>: Pengertian, Tujuan, dan Sejarahnya
Mengenal Artificial Intelligence dan sejarahnya. (Foto; Dok. Worldpedia)

Bagikan:

JAKARTA – Dalam beberapa tahun belakangan ini istilah Artificial Intelligence (AI) semakin marak digunakan dalam berbagai topik pembahasan. Hal ini beriringan dengan meningkatnya peran teknologi dalam industri serta kemunculan OpenAI dengan Dall-E dan ChatGPT-nya. Meski AI sangat dibutuhkan untuk membantu manusia. Namun, tidak semua orang memahami pengertian dan sejarah Artificial Intelligence.

Di sisi lain, topik kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence sudah muncul lebih dari satu dekade lalu. Tepatnya pada tahun 2004, seorang ilmuwan komputer dan ilmuwan kognitif Amerika kelahiran 4 September 1927, John McCarthy telah menjelaskan definisi AI dalam makalahnya.

Pengertian Artificial Intelligence

Menurut McCarthy, Artificial Intelligence adalah ilmu pengetahuan dan teknik untuk membuat mesin yang cerdas, terutama program komputer yang cerdas. Hal ini terkait dengan tugas yang sama yaitu menggunakan komputer untuk memahami kecerdasan manusia, tetapi AI tidak harus membatasi diri pada metode yang dapat diamati secara biologis.

Jauh sebelum John McCarthy, seorang ilmuwan komputer dan ahli matematika Alan Turing telah membahas konsep kecerdasan buatan. Dalam makalahnya yang berjudul Computing Machinery and Intelligence, diterbitkan pada 1950, Turing melontarkan pertanyaan “Dapatkah mesin berpikir?”.

Dari pertanyaan itu, sang “Bapak Ilmu Komputer” ini menguraikan sebuah tes yang kini dikenal sebagai Turing Test. Turing mendeskripsikan seorang interogator manusia yang mencoba membedakan antara komputer dan respons teks manusia. Turing Test merupakan bagian penting dalam sejarah AI dan juga konsep yang sedang berlangsung dalam filsafat karena karena menggunakan gagasan-gagasan seputar linguistik, sebagaimana dilaporkan IBM.

Tujuan Artificial Intelligence

Para ahli kemudian melanjutkan penyelidikan terhadap potensi Artificial Intelligence seperti yang dilakukan oleh Stuart Russell dan Peter Norvig. Buku yang ditulis oleh keduanya, Artificial Intelligence: A Modern Approach telah menjadi buku acuan terkemuka dalam kajian AI dewasa ini.

Russell dan Norvig mengidentifikasi potensi kecerdasan buatan yang membedakannya dengan sistem komputer hari ini. Menurut buku tersebut, AI akan mengarah pada kemampuan untuk berpikir sebagaimana manusia. Keduanya mencatat beberapa potensi AI yaitu, menjadi sistem yang berpikir seperti manusia dan sistem yang bertindak seperti manusia.

Tapi sebelum mengarah ke situ, kedua ahli tersebut menawarkan solusi pendekatan yang lebih ideal dan spesifik yaitu menjadi sistem yang berpikir dan bertindak secara rasional. Dalam cakupan AI terdapat sub-bidang yang disebut machine learning (ML) dan deep learning (DL) untuk mengolah dan mempelajari data.

Sederhananya, AI yang merupakan kombinasi ilmu komputer dan kumpulan data yang kuat ditujukan untuk membantu memecahkan permasalahan manusia.

Sejarah Artificial Intelligence

Sejatinya, gagasan awal tentang “mesin yang bisa berpikir” sudah muncul sebelum tahun 2000. Berawal dari gagasan, kemudian eksperimen, lalu pengembangan, AI telah mengalami evolusi pesat dalam abad ini.

Berikut ini sejarah Artificial Intelligence sejumlah peristiwa penting yang mengarah pada kemunculan AI.

Pada 1950, Bapak ilmu komputer Alan Turing menerbitkan makalah berjudul Computing Machinery and Intelligence. Dalam karyanya itu, Turing menjelaskan Turing Test untuk menguji dan menentukan apakah komputer dapat menunjukkan hasil kecerdasan yang sama dengan manusia.

Kemudian pada 1956, John McCarthy memberikan definisi terkait istilah kecerdasan buatan dalam konferensi AI pertama yang digelar di Dartmouth College. Di tahun yang sama, ilmuwan komputer lain seperti Allen Newel, J.C. Shaw, dan Herbert Simon menciptakan program perangkat lunak kecerdasan buatan pertama yaitu Logic Theorist.

Frank Rosenblatt, seorang ahli psikologi dan terkenal di bidang deep learning Artificial Intelligence mengembangkan komputer pertama yang didasarkan pada jaringan saraf yang disebut Mark 1 Perceptron pada 1967. Masih di tahun yang sama, ilmuwan kognitif AS di bidang kecerdasan buatan, Marvin Minsky dan Seymour Papert meluncurkan buku berjudul Perceptron. Buku ini menjadi karya penting dalam jaringan neural (saraf) untuk berbagai proyek riset jaringan saraf di masa mendatang.

Tahun 1980 menandai penggunaan algoritma Backpropagation yang dapat melatih dirinya sendiri. Ini nantinya banyak digunakan dalam penerapan Artificial Intelligence. Sebagai informasi, Backpropagation adalah algoritma machine learning yang digunakan dalam pelatihan jaringan neural. Ini bekerja dengan mempropagasikan ulang kesalahan dari keluaran jaringan neural kembali ke input, melalui beberapa lapisan dalam jaringan, sehingga memperbarui bobot dan bias dalam jaringan.

Pertandingan Mesin Lawan Manusia

Peristiwa terkait AI turut menggemparkan manusia pada tahun 1997. Saat itu Deep Blue, sistem kecerdasan buatan (AI) yang dikembangkan oleh IBM, berhasil mengalahkan juara catur dunia, Grandmaster Garry Kasparov, dalam seri permainan catur manusia vs mesin.

Deep Blue menggunakan algoritma pencarian negamax yang memungkinkan mesin untuk melakukan analisis cepat dan membuat keputusan yang akurat. Deep Blue menggabungkan teknik pemrosesan paralel dengan algoritma heuristik dan strategi catur untuk membuat keputusan permainan. Sistem ini memiliki kemampuan untuk memproses jutaan potensi langkah catur dalam waktu kurang dari satu detik.

Kemudian pertandingan mesin melawan manusia kembali terjadi pada tahun 2011, sistem kecerdasan buatan IBM Watson, berhasil menunjukkan kemampuan analitis dan natural language processing-nya dengan menjawab pertanyaan dalam kategori yang beragam dalam pertandingan Jeopardy! melawan juara Ken Jennings dan Brad Rutter. IBM Watson jadi pemenangnya.

Jeopardy! merupakan tugas yang sangat sulit bagi sistem AI karena membutuhkan kemampuan untuk memahami bahasa alami dan memecahkan masalah yang rumit. Namun, IBM Watson berhasil memenuhi tugas tersebut dan menunjukkan bahwa AI mampu mengatasi tugas yang sangat kompleks dan memberikan solusi yang akurat. Peristiwa ini menjadi tanda perubahan dalam bidang AI dan membuka jalan bagi pengembangan teknologi AI yang lebih canggih dan berguna dalam berbagai bidang.

Pada tahun 2015, Baidu memperkenalkan superkomputer terbaru mereka, Minwa, yang menggunakan teknologi jaringan syaraf konvolusi untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan gambar dengan akurasi yang lebih tinggi daripada manusia pada umumnya.

Tahun berikutnya, program AlphaGo dari DeepMind, didukung oleh jaringan deep mind, berhasil mengalahkan pemain Go juara dunia, Lee Sodol, dalam pertandingan lima babak. Ini merupakan prestasi yang sangat signifikan, mengingat banyaknya kemungkinan langkah yang bisa dilakukan selama permainan berlangsung (lebih dari 14,5 triliun langkah hanya dalam empat kali permainan!). Pada akhirnya, Google membeli DeepMind dengan harga 400 juta dolar AS.

Dengan berkembangnya teknologi AI dan jaringan deep mind, inovasi seperti Minwa dan AlphaGo membuka jalan bagi pengembangan sistem AI yang lebih canggih dan berguna di masa depan. Demikian pengertian Artificial Intelligence, tujuan dan sejarahnya!