JAKARTA - Google kembali mendapat masalah hukum dari Epic Games di pengadilan India, karena tidak mematuhi beberapa bagian dari arahan antimonopoli. Menuduh raksasa teknologi itu tidak menghosting toko aplikasi perusahaan gim di Play Store.
Ini adalah masalah hukum terbaru Epic Games yang mengganggu induk Google, Alphabet Inc di India. Bulan lalu, setelah kalah dalam pertarungan hukum dengan Komisi Persaingan India (CCI), Google mengatakan akan membuat perubahan pada model bisnis Android.
Perubahan itu termasuk menghentikan praktik memaksa pembuat perangkat untuk melakukan pra-pemasangan aplikasi Google seperti YouTube atau Chrome.
Namun, dikatakan Epic Games pada 9 Februari lalu dengan pengadilan banding di New Delhi, India, Google belum mematuhi bagian dari arahan CCI.
Di mana dia harus menghosting toko aplikasi pihak ketiga dan mengizinkan aplikasi untuk diunduh secara bebas tanpa menggunakan Play Store, sebuah praktik yang disebut sideloading.
Pembuat video gim populer Fortnite itu mengoperasikan toko aplikasinya sendiri, Epic Games Store, yang menawarkan gim dan aplikasi lain untuk diunduh.
“Kami berusaha untuk bergabung dengan pengembang India di Pengadilan untuk mendukung perintah CCI yang mengharuskan Google mengizinkan toko aplikasi pihak ketiga yang bersaing di Google Play Store," ungkap direktur kebijakan publik global di Epic Games, Bakari Middleton, kepada Economic Times dikutip Rabu, 15 Februari.
"Konsumen harus dapat memilih bagaimana mereka mengakses aplikasi di perangkat seluler mereka dan pengembang harus dapat bersaing secara adil dalam ekosistem aplikasi seluler,” imbuhnya.
Epic Games belakangan dikenal dengan melawan Apple dan Google melalui hukum karena menagih komisi toko aplikasi yang tinggi sebesar 30 persen. Perusahaan itu memiliki 9,5 juta pengguna di India.
BACA JUGA:
Google mengatakan dalam sebuah pernyataan pihaknya telah menyerahkan rencana kepatuhannya kepada CCI dan terus mengikuti proses hukum di India dengan hormat, seperti dikutip dari Reuters.
Pada Oktober lalu, CCI menyatakan Google mengeksploitasi posisi dominannya pada Android di India, di mana 97 persen ponsel cerdas berjalan di sistem operasi tersebut.
Google membantah telah melakukan kesalahan dan berusaha menghentikan arahan itu, memperingatkan keputusan tersebut akan membatasi pertumbuhan ekosistem Android.
Mahkamah Agung India memerintahkan Google untuk mengikuti arahan CCI tetapi mengizinkannya untuk terus memperdebatkan kasusnya sebelum pengadilan banding New Delhi tempat Epic mengajukan kasusnya.