JAKARTA - Menurut laporan pendapatan pada Q3 terbaru dari Tesla yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Pertukaran Amerika Serikat, produsen kendaraan listrik (EV) ini mengungkapkan bahwa mereka telah menginvestasikan total 1,5 miliar dolar AS (Rp23 triliun) ke dalam Bitcoin sejak awal 2021.
Dari jumlah ini, perusahaan saat ini mengalami kerugian sebesar 170 juta dolar AS (Rp 2,6 triliun) yang belum direalisasi dari perubahan nilai wajar investasinya. Namun ini diimbangi dengan keuntungan sebesar 64 juta dolar AS (Rp 987 miliar) dari keuntungan yang direalisasikan pada Bitcoin di berbagai titik dalam dua tahun terakhir. Sehingga total kerugian bersih Tesla sebesar 106 juta dolar AS (Rp 1,6 triliun) pada akhir Q3.
Menurut laporan itu kerugian Tesla tidak secara material mempengaruhi operasi intinya. Dari tahun ke tahun, keuntungan produsen EV dari pabrik mobil yang dipimpin Elon Musk tumbuh 169% dari 3,3 miliar dolar AS dalam sembilan bulan pertama tahun 2021. Namun, Tesla mengatakan bahwa mereka hanya memegang Bitcoin senilai sekitar 218 juta dolar AS di neracanya.
BACA JUGA:
Di bawah aturan akuntansi, aset digital dianggap sebagai aset tak berwujud yang berumur tidak terbatas. Akibatnya, setiap penurunan nilai wajarnya akan mengharuskan Tesla untuk mengakui biaya penurunan nilai, sedangkan perusahaan tidak membuat revisi ke atas untuk setiap kenaikan harga sampai penjualan.
Dalam perlakuan pajak yang menguntungkan seperti itu, kerugian dapat dikurangkan terhadap laba untuk mengurangi kewajiban pajak, sedangkan keuntungan modal tidak dikenakan pajak sampai saat penjualan.
CEO Tesla, Elon Musk, terkenal di ruang crypto atas dukungannya terhadap aset digital, ketertarikan untuk memecoin, seperti Dogecoin dan ambisinya senilai 44 miliar dolar AS untuk mengambil alih raksasa media sosial Twitter.