JAKARTA - Luhut Binsar Pandjaitan bukan sosok yang cemerlang di era Orde Baru (Orba). Kedekatannya dengan L.B. Moerdani jadi muaranya. Semuanya berubah kala Soeharto dan Orba lengser. Kapasitanya di Kopassus membuat Presiden B.J. Habibie kepincut.
Luhut dijadikannya Duta Besar (Dubes) Singapura. Peran itu membuat Luhut naik pangkat dari mayor jenderal ke letnan jenderal. Dewi fortuna kemudian hadir kembali dalam hidup luhut di era Presiden Gus Dur. Ia kembali naik pangkat dengan anugerah jenderal kehormatan bintang empat.
Soeharto dan Orba bukan tipikal pemerintah yang kerap menyembunyikan kebenciannya kepada orang lain. Barang siapa yang mengganggu pikiran Soeharto, maka sosok itu tak dipedulikan, bahkan diasingkan.
Luhut Binsar Pandjaitan pernah merasakannya. Ia memang tak langsung berkonfrontasi dengan Soeharto dan Orba. Masalah justru muncul karena kedekatannya dengan mantan Panglima TNI, L.B. Moerdani.
Suatu sosok yang dikenal berani melemparkan kritik langsung kepada Soeharto dan Keluarga Cendana. Kondisi itu membuat karier Luhut mentok. Sekalipun ia kerap mendapatkan puja-puji dari atasannya sebagai perwira terbaik di Angkatan Darat (AD).
Nestapa yang diterima Luhut berakhir kala Soeharto dan Orba lengser pada Mei 1998. Orang nomor satu Indonesia yang baru, B.J. Habibie justru kepincut dengan karisma dan cekatannya Luhut di Kopassus. Narasi itu membuat Habibie ingin menempatkan Luhut dengan tugas baru: Dubes Singapura.
Luhut tak langsung menerimanya. Ia beranggapan dirinya masih memiliki mimpi jadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KASAD). Namun atasan Luhut, Sintong Panjaitan meminta Luhut untuk menerima jabatan Dubes SIngapura. Keinginan itu mau tak mau diamini Luhut.
Habibie pun mengaku senang. Ia segera menaikkan pangkat Luhut dari jenderal bintang dua, ke jenderal bintang tiga. Luhut lalu ditempatkan sebagai Dubes Singapura. Hasilnya gemilang. Luhut mampu membuat bangga Habibie karena hubungan antara Indonesia dan Singapura kian dekat.
“Luhut dilaporkan macam-macam kepada Soeharto, sehingga ia menjadi pemegang kartu mati. Sintong mengatakan, Luhut sampai pangkat jenderal berbintang tiga tidak pernah menjabat sebagai panglima. Luhut mengungkap Jangankan jabatan Pangdam, jabatan Kasdam pun tidak pernah saya alami. Padahal menurut Sintong ketika Luhut menjabat Komandan Korem di Madiun, ia mendapat predikat sebagai Danrem terbaik di seluruh Indonesia.”
“Predikat itu diumumkan dalam Rapat Teritorial di Magelang. Ia memiliki kemampuan sangat potensial dalam pemikiran maupun berkomunikasi dengan dunia internasional. L.B. Moerdani, Try Sutrisno, Rudini, maupun Edi Sudradjat memuji Luhut Pandjaitan sebagai perwira terbaik di Angkatan Darat. Tetapi mereka tidak dapat berbuat apa pun pada Luhut di lingkungan ABRI,” terang Hendro Subroto dalam buku Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009).
Jenderal Bintang Empat
Karier Luhut di dunia politik kian menanjak. Semuanya bermuara karena kedekatannya dengan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Mulanya Luhut memang pernah ditugaskan untuk menjegal Gus Dur jadi ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di era Orba. Namun, upaya itu tak berhasil.
Alih-alih Luhut dan Gus Dur bermusuhan, keduanya secara mengejutkan justru makin akrab dan bersahabat. Sintong menyebut Gus Dur bahkan berani melemparkan kritik kepada Luhut yang notabene Dubes Singapura. Luhut dianggap Gus Dur over qualified jika hanya jadi Dubes.
Luhut pun diminta Gus Dur untuk membantunya mengaturkan Indonesia. Semua itu karena Gus Dur dalam beberapa bulan akan dilantik sebagai Presiden Indonesia yang baru. Hasilnya Luhut diangkat Gus Dur sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia pada Agustus 2000.
Pengangkatan itu membuat Gus Dur menaikkan pangkat Luhut dari jenderal bintang tiga, ke jenderal bintang empat. Gus Dur menganugerahkan Luhut jenderal kehormatan bintang empat pada November 2000. Kenaikkan pangkat itu diberikan karena sumbangsih Luhut dianggap besar bagi bangsa dan negara.
BACA JUGA:
“Benar saja, dalam gonjang-ganjing yang terjadi dalam pemilihan presiden yang dilakukan secara musyawarah di MPR, Gus Dur berhasil mengalahkan Megawati. Gus Dur pun memenuhi janjinya, ia memanggil pulang Luhut untuk diangkat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian dalam kabinetnya.”
“Luhut setia dengan pimpinannya. Itu yang dilakukannya ketika Gus Dur dimakzulkan oleh MPR pada 23 Juli 2001. Luhut pun turut berhenti dan menolak untuk bergabung dengan pemerintahan yang baru. Tentang hal ini pernah dia bertemu dan meminta pendapatku. Aku bilang: Ah...goblok kau. Jadi menteri itu kau berkuasa. Tapi kesetiaannya kepada Gus Dur membuatnya menolak itu. la pun memutuskan untuk menjadi pengusaha. Aku bilang, Kau kaya dulu lah kalau begitu. Nanti masuk lagi ke pemerintahan,” terang Sintong Panjaitan dalam buku Luhut Binsar Pandjaitan: Menurut Kita-Kita (2023).