Bagikan:

JAKARTA - Rezim militer Myanmar membeli sistem pertahanan udara yang dikendalikan dari jarak jauh besutan Bharat Electronics Ltd (BEL), menurut Justice for Myanmar (JFM), sebuah kelompok aktivis yang memantau bisnis militer.

Pengiriman dilakukan melalui Mega Hill General Trading Co yang berbasis di Myanmar, kata JFM, mengutip Panjiva, sebuah perusahaan data perdagangan global yang berbasis di New York, seperti melansir The Irrawaddy 8 Oktober.

Menurut Panjiva, pengiriman tersebut termasuk mount senjata dan perangkat optik. BEL telah melakukan beberapa pengiriman ke militer Myanmar untuk sistem pengawasan pantai sejak kudeta 1 Februari.

Nilai yang tercantum untuk pengiriman pertahanan udara adalah lebih dari 600.000 dolar Amerika Serikat (sekitar 1,2 miliar kyats) dan mungkin dibeli sebagai uji coba, yang berpotensi mengarah pada pembelian yang lebih besar di masa mendatang.

"Pengiriman dilakukan dengan pengetahuan penuh, barang tersebut dapat membantu dan mendukung kekejaman militer yang sedang berlangsung," JFM melaporkan.

Pada Bulan Juni, India abstain dari pemungutan suara pada resolusi Majelis Umum PBB yang menyerukan larangan penjualan senjata ke Myanmar.

Pemegang saham mayoritas BEL adalah pemerintah India, yang memegang saham lebih dari 51 persen. Pemegang saham internasional terbesarnya termasuk anak perusahaan India dari Nippon Life Insurance Company dengan kepemilikan senilai 250 juta dolar Amerika Serikat dan Goldman Sachs Asset Management dengan 235 juta dolar Amerika Serikat, menurut daftar perusahaan.

JFM mengatakan, BEL belum menanggapi pertanyaan tentang penjualan senjata yang sedang berlangsung dengan rezim militer Myanmar.

Pengiriman Juli BEL dikirim ke Mega Hill yang memiliki sejarah pengadaan teknologi dan memberikan layanan kepada Direktorat Pengadaan militer, menurut JFM.

Untuk diketahui, menurut dokumen yang bocor dan situs web perusahaan, Mega Hill telah melakukan pengadaan atau upaya pengadaan barang untuk angkatan laut Myanmar.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.