JAKARTA - Perusahaan industri pertahanan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah India, disebut kelompok aktivitas Justice for Myanmar (JFM) memasok keperluan militer untuk rezim Myanmar.
Dalam pernyataan Senin 14 Juni, JFM mengungkap penjualan peralatan untuk kepentingan pengawasan pantai, berupa radar dan peralatan komunikasi oleh Bharat Electronics Limited (BEL) kepada rezim militer Myanmar
"Pemerintah India memberikan legitimasi kepada junta melalui bisnis BEL di Myanmar, memungkinkan kampanye teror nasional junta terhadap rakyat Myanmar,” kata juru bicara JFM Yadanar Maung dalam sebuah pernyataan yang menyertai laporan tersebut, seperti melansir Myanmar Now, Senin 14 Juni.
Mengutip data ekspor, JFM menyebut BEL mengekspor berbagai teknologi pengawasan ke rezim militer Myanmar antara lain terdiri dari, sistem elektro-optik, penerima ekstraktor video radar, sistem komunikasi VHF, prosesor grafis, perangkat keras workstation, penyimpanan server, dan baterai, JFM melaporkan.
JFM mengatakan, pengiriman berlangsung antara 27 Februari dan 29 Maret, dilakukan dari fasilitas di Jaipur dan Bangalore. Ada ekspor lain ke Myanmar sebelum kudeta, pada Januari tahun ini dan pada Desember 2020, yang rinciannya secara samar-samar digambarkan sebagai suku cadang untuk pusat kendali dan lebih dari 12.000 item terdaftar sebagai bahan instalasi.
"Perusahaan mengkategorikan kesepakatan dengan militer Myanmar sebagai salah satu pesanan utama dalam laporan tahunannya tahun lalu," sebut JFM, seraya menambahkan salah satu adri enam cabai BEL di luar negeri berada di Yangon.
Dalam laporan tersebut JFM juga menyebut, BEL memiliki kerja sama dengan sejumlah perusahaan internasional, seperti Israel Aerospace Industries dan Elbit Systems (Israel), Baretta dab Elettronica (Italia), Saab (Swedia), Terma (Denmark) hingga Thales (Prancis-Belanda)
Sementara Uni Eropa dan masyarakat internasional sudah mengenakan embargo senjata terhadap rezim militer Myanmar,Thales disebut JFM menjual radar ke Myanmar dan Terma menyediakan radar ke BEL. Myanmar Now tidak dapat memverifikasi informasi ini secara independen.
Selain Pemerintah India yang disebut memegang saham mayoritas, BEL juga dimiliki oleh Goldman Sachs Amerika Serikat, Franklin Templeton, Vanguard Group dan Dimensional Fund Advisors, Nippon Life Insurance Jepang, Mirae Asset Financial Group Korea Selatan, Norges Bank Investment Management Norwegia, Inggris Ninety One, dan BNP Paribas dari Prancis.
BACA JUGA:
Yadanar Maung mendesak mitra internasional BEL, pemerintah mereka, dan pemegang saham untuk meningkatkan dan mengambil sikap moral yang jelas, untuk mengakhiri keterlibatan perusahaan India dengan rezim militer Myanmar.
"Perilaku tercela BEL, menempatkan keuntungan di atas kehidupan rakyat Myanmar, menunjukkan mengapa harus ada embargo senjata global sekarang," pungkas Yadanar Maung.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.