Bagikan:

JAKARTA - Selandia Baru pada Hari Senin meninggalkan strategi lama untuk menghilangkan kasus virus corona di tengah wabah Delta yang terus-menerus, dan sebaliknya bersiap untuk hidup dengan virus sambil mengendalikan penyebarannya, seiring dengan tingkat vaksinasi meningkat.

Negara Pasifik itu termasuk di antara segelintir negara yang menurunkan kasus COVID-19 menjadi nol tahun lalu, sebagai besar tetap bebas virus sampai wabah varian Delta yang sangat menular pada pertengahan Agustus melanda negara tersebut.

"Dengan wabah ini dan varian Delta, kembali ke nol sangat sulit," Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan pada konferensi pers dalam perubahan kebijakan besar, mengutip Reuters 4 Oktober.

"Ini adalah perubahan dalam pendekatan yang akan selalu kami lakukan dari waktu ke waktu. Wabah varian Delta kami telah mempercepat transisi ini. Vaksin akan mendukungnya," sambungnya.

PM Ardern mengatakan, penguncian yang mempengaruhi 1,7 juta orang di kota terbesar Auckland akan dikurangi secara bertahap, dengan beberapa kebebasan diperkenalkan mulai Rabu.

Perubahan arah terjadi ketika negara itu mencatat 29 kasus COVID-19 baru pada Hari Senin, menjadikan jumlah total dalam wabah saat ini menjadi 1.357. Sebagian besar kasus berada di Auckland, yang telah dikunci selama hampir 50 hari.

Di tengah tekanan yang meningkat, PM Ardern mengatakan strateginya tidak pernah memiliki nol kasus, tetapi untuk secara agresif membasmi virus. Dia mengatakan penguncian ketat akan berakhir setelah 90 persen dari populasi yang memenuhi syarat divaksinasi.

jacinda ardern
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern. (Wikimedia Commons/Ulysse Bellier)

Sejauh ini, sekitar dua juta warga Selandia Baru telah menerima vaksin COVID-19 dosis penuh, atau setara dengan 48 persen dari total populasi yang memenuhi syarat untuk vaksinasi.

Dalam kesempatan yang sama sam, PM Ardern mengatakan varian Delta terasa seperti 'tentakel yang sangat sulit untuk diguncang'.

"Jelas periode panjang pembatasan berat tidak membuat kami mencapai nol kasus. Tapi tidak apa-apa, eliminasi itu penting karena kami tidak memiliki vaksinasi. Sekarang kami melakukannya. Jadi kami dapat mulai mengubah cara kami melakukan sesuatu," tukasnya.

Orang-orang di Auckland akan dapat meninggalkan rumah mereka untuk terhubung dengan orang-orang terkasih di luar ruangan mulai Rabu, dengan batas 10 orang serta pergi ke pantai dan taman.

PM Ardern menggunakan penguncian ketat dan isolasi geografis Selandia Baru untuk menghilangkan virus corona tahun lalu, suatu prestasi yang membantunya mengamankan kemenangan pemilihan bersejarah.

Tetapi, peluncuran vaksin yang lamban dan wabah varian Delta yang terus-menerus tahun ini telah merusak popularitas keberhasilannya tahun lalu.

Warga Auckland pun memanfaatkan media sosial untuk mengekspresikan pendapatnya mengenai keputusan PM Ardern.

"Saya pikir jika kita berada pada 1-2 kasus yang tidak terkait sehari dan atau tidak ada infeksi di komunitas dan tidak ada penyebaran di luar Auckland (dan vaksinasi yang lebih tinggi), saya akan bersorak sekarang," kata salah satu warga Auckland di Twitter.

Terpisah, Profesor Universitas Auckland Shaun Hendy, yang telah memodelkan penyebaran COVID-19 mengatakan, kebebasan baru kemungkinan akan mengarah pada penyebaran yang lebih besar dan jumlah kasus yang lebih tinggi dalam beberapa minggu mendatang.

"Pemerintah akan berharap setiap pertumbuhan kasus yang dihasilkan cukup lambat, sehingga vaksinasi dapat mendahului wabah, sebelum memberikan tekanan yang signifikan pada sistem pengujian dan penelusuran kami, belum lagi rumah sakit kami," jelas Profesor Hendy.

Keputusan Pemerintahan PM Jacinda Ardern terkait perubahan penanganan COVID-19 pin mendapat kecaman, baik dari kubu mitra koalisi maupun kubu oposisi.

"Jacinda Ardern tidak memiliki jawaban atas masalah yang dia dan pemerintahnya janjikan kepada kita bahwa situasinya sekarang, sangat jelas, di luar kendali dan memburuk setiap hari," kata pemimpin Partai Nasional Oposisi Judith Collins dalam sebuah pernyataan.

Sementara, mitra koalisi Partai Buruh Ardern, Greens mengatakan, langkah itu membahayakan komunitas dan anak-anak yang rentan.