Bagikan:

JAKARTA - Popularitas Pemimpin Selandia Baru Jacinda Ardern meroket berdasarkan sejumlah survei. Salah satunya karena keberhasilan dia menangani pandemi COVID-19. Kepopulerannya di dalam dan luar negeri menjadi modal utama pemimpin berusia 40 tahun ini memenangi pemilihan presiden pada September nanti. 

Menurut jajak pendapat Newshub-Reid yang dikutip Reuters, popularitas Jacinda Ardern melampaui Partai Buruh yang menaunginya, sebesar 62 persen. Sementara partainya sendiri mendapat suara sebanyak 60,9 persen. Perolehan suara tersebut digadang-gadang sebagai yang tertinggi dalam sejarah survei di Selandia Baru. 

Suara yang diperoleh pihak penguasa terlampau jauh dibanding partai oposisi pemerintah, Partai Nasional yang hanya meraup suara 25,1 persen. Sementara menurut survei yang baru dirilis 26 Juli kemarin, pemimpin Partai Nasional yang baru terpilih, Judith Collins, harus berpuas diri dengan meraih 14,6 persen suara. 

Sementara itu, survei lain dari Partai Buruh yang sekarang berkoalisi dengan Partai Hijau dan New Zealand First memprediksi mereka akan memenangkan 77 dari 120 kursi di parlemen. Hal tersebut menunjukkan bahwa Partai Buruh akan dapat memerintah tanpa mitra koalisi.

Salah satu faktor yang membuat nama Ardern makin melambung adalah karena keberhasilannya menangani pandemi COVID-19. Bukan cuma dari dalam negeri, pujian juga mengalir dari komunitas global atas keberhasilannya tersebut. Tercatat negara 5 juta penduduk tersebut hanya memiliki 1.206 kasus COVID-19 sejauh ini, dengan 22 jumlah kematian.

Jacinda Ardern menjadi PM termuda Selandia Baru pada 2017. Selain itu, Jacinda Ardern juga menjadi wanita ketiga yang memegang jabatan kepemimpinan. Suasana tersebut mendapat julukan "Jacinda-mania" oleh beberapa orang.

"Saya ingin ada pesan yang dapat kita ambil dari ini, yaitu dukungan adanya dukungan besar untuk rencana pemulihan dan respons COVID-19 pemerintah," kata Ardern saat menanggapi jajak pendapat tersebut.

Namun, Ketua kampanye Partai Nasional Gerry Brownlee dari kubu oposisi mengatakan jajak pendapat itu curang. Sementara Judith Collins yakin partainya akan membentuk pemerintahan berikutnya.