Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyebut tidak mencari perang dingin baru, berjanji mengekang militer dan berjuang untuk melawan perubahan iklim, dalam pertemuan tahunan Majelis Umum PBB. Termasuk menyelesaikan krisis terkait Iran, Semenanjung Korea hingga Ethiopia.

Presiden Biden mengatakan, dunia menghadapi dekade yang menentukan, di mana para pemimpi harus bekerja sama untuk memerangi pandemi virus corona, perubahan iklim global dan ancaman dunia maya.

Dia mengatakan, Amerika Serikat akan menggandakan komitmen keuangannya pada bantuan iklim dan menghabiskan anggaran sekitar 10 miliar dolar AS untuk mengurangi kelaparan secara global.

Kendati Presiden Biden tidak mengucapkan kata-kata 'China' atau 'Beijing', tetapi memercikkan referensi implisit ke pesaing Amerika Serikat tersebut, seiring dengan selisih dua negara di Indo-Pasifik, perdagangan dan hak asasi manusia.

Dia mengatakan Amerika Serikat akan bersaing keras, baik secara ekonomi maupun untuk mendorong sistem demokrasi dan supremasi hukum.

“Kami akan membela sekutu dan teman-teman kami dan menentang upaya negara-negara kuat untuk mendominasi negara-negara yang lebih lemah, baik melalui perubahan wilayah secara paksa, pemaksaan ekonomi, eksploitasi teknis, atau disinformasi. Tapi kami tidak mencari, saya akan mengatakan sekali lagi, kami tidak mencari Perang Dingin baru atau dunia yang terbagi menjadi blok-blok kaku," tegas Presiden Biden mengutip Reuters Rabu 22 September.

Joe Biden hadir dalam sidang Majelis Umum PBB tahun ini di bawah kritik terkait penarikan yang kacau dari Afghanistan. Sementara, penekanan terkait Sekutu tengah diuji dengan krisis kapal selam nuklir yang melibatkan Prancis dengan aliansi keamanan baru AS, Inggris dan Australia (AUKUS).

"Amerika Serikat akan membela kepentingan nasionalnya. Tetapi, misinya harus jelas dan dapat dicapai. Militer Amerika tidak boleh digunakan sebagai jawaban untuk setiap masalah yang kita lihat di seluruh dunia," tegasnya.

Presiden Joe Biden mengatakan, dia tetap berkomitmen untuk secara damai menyelesaikan perselisihan dengan Iran mengenai program nuklirnya. Dia juga bersumpah untuk membela sekutu AS, Israel, tetapi mengatakan solusi dua negara dengan Palestina masih diperlukan tetapi tujuan yang jauh.

Selain itu, dia mengatakan Amerika Serikat menginginkan diplomasi berkelanjutan untuk menyelesaikan krisis seputar program nuklir dan rudal balistik Korea Utara.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan bahaya kesenjangan yang tumbuh antara China dan Amerika Serikat, ekonomi terbesar di dunia.

"Saya khawatir dunia kita bergerak menuju dua perangkat aturan ekonomi, perdagangan, keuangan dan teknologi yang berbeda, dua pendekatan yang berbeda dalam pengembangan kecerdasan buatan, dan pada akhirnya dua strategi militer dan geopolitik yang berbeda," terang Guterres.

"Ini adalah resep untuk masalah. Ini akan jauh lebih sulit diprediksi daripada Perang Dingin," tandasnya.