JAKARTA - Kepala intelijen luar negeri Rusia mengatakan kepada Amerika Serikat pada Hari Kamis, dukungan Barat terhadap Ukraina akan mengubah konflik tersebut menjadi "Vietnam kedua" dan menghantui Washington selama bertahun-tahun yang akan datang.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022 untuk melakukan hal yang disebutnya operasi militer khusus, memicu perang yang telah menewaskan atau melukai ratusan ribu orang dan menyebabkan konfrontasi terbesar antara Rusia dan Barat dalam enam dekade.
Sebagai respons, negara-negara Barat telah memberi Ukraina lebih dari 246 miliar dolar AS bantuan dan senjata, namun serangan balasan Ukraina yang dimulai Mei tahun ini belum memberikan hasil yang diharapkan, sementara Rusia masih menguasai seperlima wilayah Ukraina.
"Ukraina akan berubah menjadi 'lubang hitam' yang menyerap lebih banyak sumber daya dan manusia," kata Kepala Badan Intelijen Luar Negeri (SVR) Rusia Sergei Naryshkin, dalam jurnal "The Intelligence Operative", dikutip dari Reuters 8 Desember.
"Pada akhirnya, AS berisiko menciptakan ‘Vietnam kedua’ bagi dirinya sendiri, dan setiap pemerintahan baru Amerika harus berusaha menghadapinya," tandasnya.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan, konfrontasi langsung NATO-Rusia dapat memicu Perang Dunia Ketiga, meski berulang kali mengesampingkan pengiriman tentara Amerika ke Ukraina.
Perang Vietnam sebenarnya adalah konflik Perang Dingin Timur-Barat, di mana Amerika Serikat berperang bersama pasukan Vietnam Selatan melawan negara utara yang didukung oleh kekuatan komunis Tiongkok dan Uni Soviet.
Perang tersebut, yang menewaskan jutaan orang, berakhir pada tahun 1975 dengan kemenangan bagi Vietnam Utara dan kekalahan memalukan bagi Amerika Serikat, yang telah kehilangan lebih dari 58.000 pejuangnya dan mengobarkan gerakan anti-perang yang kuat di dalam negeri.
BACA JUGA:
Terpisah, Presiden Biden memohon kepada Partai Republik pada Hari Rabu untuk memberikan bantuan militer baru untuk Ukraina.
"Jika (Presiden) Putin mengambil alih Ukraina, dia tidak akan berhenti di situ," kata Presiden Biden.
Kemudian, Presiden Biden menambahkan, "kita akan mendapatkan sesuatu yang tidak kita cari dan tidak kita inginkan saat ini: pasukan Amerika melawan pasukan Rusia".