JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yakin Rusia dan Amerika Serikat tidak akan menggunakan senjata nuklir, saat ia mengungkapkan pembicaraan kepala intelijen kedua negara di Ankara awal pekan ini.
Direktur intelijen luar negeri Rusia (SVR) Sergei Naryshkin, dan Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat William Burns bertemu di Ankara, untuk membahas sejumlah hal, satu di antaranya adalah senjata nuklir.
"Menurut informasi yang diterima dari kepala intelijen (Turki), Rusia dan Amerika Serikat membahas untuk tidak menggunakan senjata nuklir," kata Presiden Erdogan sekembalinya dari KTT G20 di Bali, melansir TASS 17 November.
"Pihak-pihak saat ini tidak menunjukkan tanda-tanda mereka akan mencoba menggunakannya. Kami ingin melihat mereka bertemu lebih banyak sering, dan kami siap untuk mempromosikan ini," sambungnya.
"Itu (penggunaan senjata nuklir) dapat menyebabkan perang dunia baru, amit-amit. Kita harus mengesampingkan risiko ini," tegas Presiden Erdogan, menurut saluran televisi TRT.
Diketahui, Kepala SVR dan CIA bertemu di markas besar Organisasi Intelijen Nasional Turki (MIT) di Ankara pada 14 November.
Direktur komunikasi kepresidenan Turki Fahrettin Altun mengatakan setelah pembicaraan, para negosiator telah membahas ancaman terhadap keamanan internasional, termasuk yang terkait dengan kemungkinan penggunaan senjata nuklir.
Diberitakan sebelumnya, kedua pemimpin lembaga intelijen tersebut membahas tentang konsekuensi dari setiap penggunaan senjata nuklir, hingga masalah tahanan AS di Rusia, kata seorang pejabat Gedung Putih, seperti mengutip Reuters.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengonfirmasi kepada kantor berita Rusia, keduanya berlangsung di ibu kota Turki, Ankara, tetapi menolak memberikan rincian tentang peserta atau topik yang dibahas.
Sementara, juru bicara Gedung Putih, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan Burns bertemu Sergei Naryshkin, kepala dinas intelijen asing SVR Rusia.
Itu adalah kontak tatap muka tingkat tinggi AS-Rusia pertama yang diketahui, sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari.
Diketahui, Burns adalah mantan Duta Besar AS untuk Rusia yang dikirim ke Moskow pada akhir 2021 oleh Presiden Joe Biden, untuk memperingatkan Presiden Putin tentang penumpukan pasukan di sekitar Ukraina.