Bagikan:

JAKARTA - Bangunan Kompleks Kampus Ewha (ECC), tengara di Ewha Womans University, terkenal dengan arsitekturnya yang dirancang oleh arsitek Prancis Dominique Perrault. Struktur unik, yang menghubungkan lantai bawah tanah dan permukaan tanah, terbuat dari jendela kaca besar di kedua sisi lorong tengah, telah menjadi landmark ikonik.

Namun, struktur ini justru menimbulkan masalah yang sering terjadi selama beberapa tahun terakhir. Sejumlah burung, termasuk yang terancam punah, sering ditemukan mati di dekat ECC karena tidak mengenali jendela sebagai penghalang, terbang dan menabraknya.

"Ketika burung bertabrakan dengan jendela seperti ini, alasan utamanya adalah transparansi jendela dan pantulan objek di dalamnya," Kim Yun-jeon, pemimpin kelompok Window Strike Monitoring group at Ewha Womans University mengatakan kepada The Korea Times seperti dikutip 7 September.

Kelompok yang beranggotakan lima orang itu melakukan pengawasan harian terhadap unggas yang mati dan terluka di kampus universitas tersebut sejak 2019.

"Sebagian besar burung yang terbang ke jendela mati karena patah tulang tengkorak, atau pendarahan otak akibat benturan yang disebabkan oleh kecepatan tinggi mereka," jelas Kim.

Tim telah menyelidiki seberapa sering tabrakan tersebut terjadi. Setelah menerima laporan tentang tabrakan burung, sebagian besar dari petugas kebersihan sekolah, penjaga keamanan dan siswa, tim mengkonfirmasi dan mencatatnya setiap hari.

Menurut data tim, sebanyak 161 burung telah bertabrakan dengan jendela bangunan universitas di Korea Selatan dari 30 Mei 2019 hingga 31 Agustus tahun ini, di mana 106 atau 65,8 persen di antaranya adalah jendela gedung ECC.

Di antara burung-burung yang mati adalah vinous throated parrotbills, Japanese tit, black-faced buntings hingga northern boobook yang ditetapkan sebagai Monumen Alam No.324 Korea Selatan.

ewha womans university
Ilustrasi burung yang mati setelah menabrak jendela. (Sumber: Window Strike Monitoring group of Ewha Womans University)

"Di bagian atas gedung, semak ditanam dan tercermin di jendela kaca, jadi kami menduga banyak burung tidak dapat melihatnya sebagai penghalang yang harus mereka hindari," terang Kim.

Masalah burung yang menabrak gedung ECC bukanlah hal baru. Tim Kim terus mengangkat masalah ini ke kantor manajemen universitas, tetapi tidak banyak kemajuan yang dicapai.

Pada bulan Maret, berdasarkan data dan statistik relevan yang dikumpulkan selama sekitar 17 bulan, tim mengirim surat permintaan ke kantor manajemen universitas untuk mengambil tindakan pencegahan, seperti menempelkan stiker khusus di jendela, yang diketahui dapat mengurangi serangan burung.

Namun, pada Bulan April, pihak manajemen mengatakan dalam jawaban tertulis, sulit untuk melakukan tindakan seperti itu tanpa konsensus di antara mahasiswa dan anggota fakultas, karena ini adalah masalah mengubah tampilan gedung, serta melibatkan masalah biaya.

Saat musim migrasi mendekat, jumlah burung yang bertabrakan dengan jendela diperkirakan akan meningkat, menurut Kim. Sementara, kelompok lingkungan mengatakan, menempelkan stiker di jendela kaca bisa sangat membantu mencegah burung terbang ke dalamnya.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Institut Ekologi Nasional pada tahun 2019, 38 kasus tabrakan terjadi di sekitar dinding kedap suara yang terbuat dari kaca di Daejeon selama 113 hari mulai dari 3 Februari 2018. Tetapi, tidak ada satu pun kasus yang ditemukan di sekitar dinding yang sama selama 113 hari mulai 23 Desember 2018, setelah stiker dipasang.

Namun, dengan mempertimbangkan daya tahan dan biaya konstruksi, ukuran terbaik adalah merancang bangunan dengan cara yang mencegah burung menabrak jendela, atau menggunakan kaca berpola dalam desain bangunan, tukas Kim.