JAKARTA - Kementerian Pertahanan Rusia menyetujui spesifikasi desain teknis untuk sistem senjata UAV presisi ZALA Lancet, untuk kemudian melakukan uji coba pada akhir tahun ini, sebut Grup Kalashnikov Rabu pekan ini.
Drone Lancet termasuk dalam kategori loitering air munition, yaitu sistem senjata yang 'berkeliaran' di sekitar area target saat dalam mode pencarian. Ketika target ditemukan, 'drone kamikaze' menyerangnya seperti peluru kendali udara-ke-permukaan sekaligus menghancurkan dirinya sendiri.
Dirancang oleh ZALA Aero, salah satu perusahaan Grup Kalashnikov, UAV ini mendapatkan namanya, 'Lancet', tidak hanya karena desain eksteriornya, tetapi juga karena presisinya yang tinggi. Ini memiliki jangkauan 40 km dan dapat mencapai targetnya dengan 'presisi bedah', klaim pihak produsen.
Grup Kalashnikov mempresentasikan Lancet pada Juni 2019. Saat itu, perusahaan negara Rusia Rostec menguraikan keunggulan sistem ini. Pertama, amunisi udara yang berkeliaran menghemat waktu karena sudah dikerahkan di udara, siap dan menunggu untuk menyerang musuh.
Kedua, kecil, ringan, dan terbuat dari bahan plastik dan komposit, karena itu "tidak terlihat" oleh radar pertahanan udara tradisional. Ketiga, jauh lebih murah untuk menyerang target dengan drone kamikaze daripada menghancurkannya dengan proyektil presisi tinggi, yang membutuhkan senjata self-propelled dengan kru dan penembak.
Lancet diproduksi dalam berbagai versi, dengan jangkauan operasional hingga 40 km dan kecepatan 80-110 km/jam. Pesawat ini dapat membawa muatan hingga 3 kg, dengan berat lepas landas kotor maksimum 5 kg (Lancet-1) dan 12 kg (Lancet-3).
Drone ini memiliki ekor berbentuk X ganda yang mendukung kemampuan manuver dan stabilitasnya dalam mode menukik.
"Double X adalah pengetahuan mutlak kami," kata Direktur Umum ZALA Aero Alexander Zakharov pada Agustus 2019, seperti mengutip TASS dari Rostec, Jumat 27 Agustus. Selain itu, konfigurasi aerodinamis ini membantu mengurangi ukuran UAV, menurut para desainer.
Tapi bukan itu saja, UAV itu pintar, serbaguna dan mampu menemukan dan mencapai target secara mandiri. Lancet dilengkapi dengan komponen pemogokan presisi, serta modul pengintaian, navigasi, dan komunikasi.
Menurut situs web ZALA Aero, drone menciptakan bidang navigasinya sendiri, tidak memerlukan infrastruktur berbasis darat atau laut atau navigasi satelit. UAV juga mentransmisikan video, sehingga manusia dapat mengonfirmasi keterlibatan target. Pada saat yang sama, perlindungan anti-laser bawaan Lancet memberikan perlindungan terhadap senjata laser, sementara mesin listriknya memfasilitasi kemampuan silumannya.
Pada akhir tahun 2020 dilaporkan bahwa Lancet telah berhasil diuji di lingkungan pertempuran di Suriah. Kepala Rostec, Sergei Chemezov, mencatat pada saat itu bahwa pesawat terbukti sangat efektif.
BACA JUGA:
Pada 18 April, penyiar Rossiya 1 merilis rekaman unik Lancet yang menghancurkan target teroris di Suriah. Dalam video pertama, Lancet-3 lepas landas membawa 3 kg bahan peledak, sebelum menabrak sebuah pickup dengan teroris di daerah Idlib yang dikendalikan oleh Hayat Tahrir al-Sham, sebelumnya dikenal sebagai Front al-Nusra. Dalam video kedua, pesawat tak berawak itu menghancurkan emplasemen senapan mesin kelompok teroris.
Untuk diketahui, UAV buatan Rusia ini telah mendapatkan nom la guerre "flying Kalashnikov" (atau "flying AK-47") karena kesederhanaan, kegunaan, dan keandalannya. Pengalaman yang diperoleh di Suriah membantu para perancang menyelesaikan prototipe drone Lancet, yang akan menjalani uji coba negara akhir tahun ini.