Bagikan:

JAKARTA - Kim Hong-bin baru saja mewujudkan mimpinya, menaklukan puncak ke-14 gunung tertinggi di dunia, Broad Peak di Pegunungan Karakoram, Pakistan Utara yang termasuk dalam bentang atap dunia, Kawasan Himalaya, saat terjatuh dan hilang ketika dalam perjalanan turun Bulan Juli lalu.

Kesuksesannya mendaki 14 puncak gunung tertinggi di dunia, yang seluruhnya memiliki ketinggian lebih dari 8.000 meter di atas permukaan laut, menjadikannya pendaki difabel pertama yang mampu membukukan catatan tersebut.

"Tidak ada yang mempercayai saya, ketika saya mendaki gunung yang lebih tinggi dari 8.000 meter. Orang-orang berpikir, 'Dia akan berhenti setelah beberapa saat,' atau berkata, 'Kamu tidak perlu melakukan ini lagi, kamu sudah berusaha keras," tutur Kim dalam sebuah wawancara tahun 2019, mengutip The Washington Post 26 Juli.

"Tidak ada yang memberi tahu saya, jika saya bisa pergi jauh-jauh. Tapi, saya bermimpi, saya bisa melakukannya dan saya tidak akan berhenti sampai saya mencapai impian saya," sambung Kim yang berasal dari Korea Selatan ini, kala itu.

Kim diyakini telah jatuh ke dalam jurang saat cuaca buruk, ketika turun dari puncak gunung Broad Peak Himalaya setinggi 8.047 meter (26.400 kaki), di perbatasan Pakistan dan China.

kim hong-bin
Kim Hong-bin (helm merah) saat melakukan pendakian. (Facebook/@HongBin Kim)

Setelah pencarian selama seminggu, termasuk dengan pengerahan helikopter yang berkeliling mengitari puncak gunung sebanyak enam kali, tidak menunjukkan tanda-tanda keberadaan Kim, membuat pihak keluarga memutuskan untuk menghentikan operasi pencarian.

Sang istri memutuskan secara realistis sulit bagi Kim untuk selamat dari kejatuhan dalam kondisi cuaca buruk di Himalaya. Kim pun sebelumnya sudah berpesan kepada sang istri, untuk memastikan tidak ada kecelakaan tambahan yang disebabkan oleh upaya pencarian jika ada kabar dirinya hilang, sebut pernyataan keluarga.

Kisah pendaki gunung tentang ketabahan, tekad yang tak kenal takut, dan kecintaan pada olahraganya mendapat perhatian global. Ketika Kim mencapai puncak, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengucapkan selamat kepadanya dan berterima kasih atas inspirasinya.

"Anda telah membawa kebanggaan dan harapan bagi bangsa yang kelelahan akibat pandemi virus corona. Anda telah memberikan kekuatan dan kepercayaan diri yang besar kepada para penyandang disabilitas di seluruh dunia," sebut Presiden Moon.

kim hong-bin
Kim membuktikan disabilitas bukanlah akhir kehidupan. (Facebook/@HongBin Kim)

Kehilangan jari

Kim menderita radang dingin saat mendaki di Alaska, Amerika Serikat pada tahun 1991, yang mengharuskan seluruh jari tangan dan ibu jarinya diamputasi. Dalam wawancara tahun 2019, Kim menggambarkan perjuangannya menyesuaikan diri dengan realitas barunya.

"Saya bahkan tidak bisa bunuh diri bahkan jika saya mau, karena saya tidak bisa membuka jendela. Itu sulit." ucap Kim.

Kim akhirnya menemukan kegembiraan dalam olahraga yang menggunakan kekuatan kaki, seperti skating, ski, dan bersepeda. Dia mulai fokus pada keterampilannya sebagai pendaki gunung dan tujuannya.

Dia terkejut dengan kemampuan dirinya sendiri, menemukan kekuatan di lingkungan pendakian yang paling sulit, mengatasi tantangan, bahkan mendirikan tenda dan memasak di alam liar, dan senang berada di pegunungan bersama teman-temannya dan mendengar tentang perjalanan pendakian mereka.

Sebelum kecelakaan, dia tidak bisa memanjat lebih dari 3.000 meter (9.842 kaki). Namun akhirnya, ia mendaki gunung yang lebih tinggi dari 8.000 meter (26.246 kaki), yang dikenal sebagai 'zona kematian', karena kekurangan oksigen yang begitu tinggi di atas permukaan laut.

"Saya tidak bisa menghindari badai salju. Saya tidak bisa menghindari celah yang tidak bisa saya lihat. Tapi jika saya rajin berlatih, setidaknya saya bisa menghindari beberapa potensi bahaya itu," yakin Kim.

Kim mengatakan bertekad untuk menjadi penyandang disabilitas pertama yang mendaki 14 puncak tertinggi di dunia, berharap itu akan menjadi inspirasi bagi orang lain.

"Seseorang harus tampil di depan dan menjadi yang pertama. Dengan begitu, orang lain dapat melihat bahwa itu mungkin. Mereka dapat memiliki keberanian, bahwa mereka dapat mencobanya juga. "Harapan saya, lebih banyak orang dapat mewujudkan impian mereka, baik penyandang disabilitas maupun remaja," harap Kim

kim Hong-bin
Untuk membantu proses pendakian, Kim menggunakan alat pengait yang dipasangkan ke lengannya. (Facebook/@HongBin Kim)

Penghargaan pemerintah

Mengutip Yonhap, pihak keluarga memulai prosesi pemakaman selama lima hari untuk Kim pada Rabu 4 Agustus, dengan prosesi puncak dilaksanakan pada Hari Minggu 8 Agustus ini di Yeomju Gymnasium, Gwangju, 330 kilometer selatan Seoul.

Altar peringatan untuk Kim didirikan di lantai pertama gym untuk para pelayat, dengan peralatan pendakian gunung dan barang-barang pribadi lainnya ditempatkan di atas altar yang dihiasi dengan bunga krisan putih.

Berbarengan dengan dimulainya proses pemakaman, Menteri Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan Hwang Hee mengunjungi altar Kim untuk berdoa, sekaligus menganugerahkan Medali Cheongryong, Penghargaan Olahraga Tertinggi dari Pemerintah Korea Selatan untuk Kim.

Potret Kim dan peralatan pendakian gunung akan diabadikan di rumah pemakaman, sebuah kuil Budha di Gunung Mudeung, juga di Gwangju, setelah upacara pelepasan pada Hari Minggu pukul 10 pagi waktu setempat.

"Kim memberikan keberanian dan harapan kepada orang-orang yang kelelahan akibat COVID-19. Dia adalah pahlawan yang telah meninggalkan hadiah yang berarti bagi dunia di luar pencapaian tujuan pribadinya," ungkap seorang pelayat. Selamat jalan Kim Hong-bin.