Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno menyebut keindahan destinasi wisata Dusun Butuh, Kaliangkrik, Magelang, Jawa Tengah, tak kalah indah dari Pegunungan Himalaya.

Dalam beberapa waktu terakhir, kata Sandiaga, destinasi wisata ini dikenal sebagai Nepal Van Java. Dusun Butuh memiliki kontur dan letak pemukiman warga bertumpuk di lereng gunung dengan topografi yang tidak rata yang nyaris mirip dengan wilayah yang ada di Pegunungan Himalaya, Nepal.

Sandiaga mengaku dalam kunjungan kerjanya ke Dusun Butuh pada Sabtu, 3 April, keputusannya untuk menginap di dusun yang berada di bawah kaki Gunung Sumbing itu terbilang mendadak. Ia semula dijadwalkan menginap di Kota Magelang, namun dirinya berkeinginan untuk menginap di desa wisata yang menjadi destinasi penyangga Candi Borobudur yang masuk dalam salah satu dari 5 Destinasi Super Prioritas (DSP).

"Begitu bangun pagi, saya enggak nyesel menginap di sini karena pemandangannya epik, yang kita rasakan ini adalah suasana yang majestic, suasana yang sangat eksotis. Ini menjadi pengalaman pertama dalam hidup saya menginap di desa wisata," katanya dalam keterangan resminya, dikutip Senin, 5 April.

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini mengapresiasi masyarakat di Dusun Butuh yang memberikan pelayanan atau hospitality dengan baik kepada wisatawan yang datang. Kemenparekraf, kata Sandiaga, akan mendorong pengembangan tidak hanya SDM, namun atraksi, aksesibilitas, dan amenitas serta permodalan bagi pelaku usaha di Kaliangkring.

Ia mengatakan Kemenparekraf akan hadir dan untuk melakukan pendampingan serta sharing ilmu agar SDM di Dusun Butuh semakin unggul dan kompetitif. Kedua dari sisi pemasaran, Nepal Van Java ini sudah memiliki branding yang kuat namun, hal itu harus didukung juga dari sisi atraksi, aksesibilitas, dan amenitas.

Lebih lanjut, Sandiaga mengingatkan agar jangan sampai, wisatawan yang datang kemudian melihat, lalu foto-foto dan pulang, sehingga multiplier effect bagi masyarakat kurang terasa.

"Dari segi infrastruktur jalan di sini perlu diperbaiki, drainase diperbaharui sehingga perekonomian di desa ini bergerak. Kemudian dari sisi atraksi perlu dikembangkan lagi berbasis nature and culture, pemandangan luar biasa. Ketiga amenitas, Griya Butuh sebagai salah satu contoh baik dan perlu diikuti homestay-homestay lainnya untuk perlu ditingkatkan," ujarnya.

Kemudian, Sandi sapaan akrabnya mengatakan bahwa destinasi tersebut perlu dipromosikan, baik di own media atau paid media.

Terakhir terkait permodalan, para pelaku usaha diberikan kemudahan untuk bisa mendapat akses permodalan yang efisien dengan suku bunga terjangkau, dari situ diharapkan terwujud pariwisata yang memberikan manfaat bagi masyarakat.

Sandi mengatakan, pandemi ini membuat tren berwisata berubah. Segmentasi pariwisata ke depan yang disebutkan akan lebih personalize, customize, localize dan smaller in size.

“Pandemi ini membawa kita melakukan transformasi, tren pariwisata bergerak, yang dulunya berbondong-bondong dan massal, kini pendekatannya lebih alam terbuka dan pariwisata berbasis nature and culture dan perlu dikembangkan sebagai pariwisata yang berkelanjutan," jelasnya.

Kata Sandi, hal itu sesuai Sesuai RPJMN 2020 – 2024, Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan sebanyak 244 desa wisata tersertifikasi menjadi desa wisata mandiri hingga 2024.

Kopi Kaliangkrik bisa jadi daya tarik bagi wisatawan

Selain memiliki keindahan pemandangan, Kaliangkrik juga punya potensi lain yang dapat menjadi daya tarik yakni eduwisata kopi mulai dari petik hingga merasakan kopi secara langsung. Sandi mendorong agar kopi asal Magelang ini bisa naik kelas dan diterima oleh pecinta kopi nusantara.

"Kopi Kaliangkrik ini enak rasanya, terasa ada rasa honey-nya. Program petik sampai mencicipi seperti ini menarik bagi wisatawan. Ini perlu dikembangkan dan dilestarikan di Dusun Pengkol," ujarnya.

Sandi mengatakan kopi menjadi penghasil devisa terbesar keempat untuk Indonesia setelah minyak sawit, karet, dan kakao. Dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan kopi meningkat, dari tahun 2018-2019 konsumsi domestik mencapai 4.800 kantong berkapasitas 60 kilogram atau 288 ton.

"Orang luar negeri mengenal kopi Indonesia yaitu Java. Sedangkan produsen kopi terbesar di dunia Ethiopia dan Uganda, mari kita ambil peran untuk bisa melestarikan kopi Indonesia hingga semakin terkenal di pentas dunia," ucapnya.

Agrowisata, kata Sandi, bukan hanya berwisata tapi juga belajar tentang budidaya kopi. Sehingga wisatawan tidak hanya sekadar menikmati destinasinya tapi juga teredukasi dengan tata kelola hingga budidayanya tersebut.

"Saat pandemi ini hanya dua sektor yang berkembang pertama digital dan kedua pertanian. Kita perlu memperbaiki dan memperkuat destinasi ini agar semakin berkualitas sehingga perlu infrastruktur dasar yang berkualitas, saya merasakan betul," katanya.

Ke depan, kata Sandi, pihaknya akan hadir di Dusun Pengkol kedepan akan mendukung dari pelatihan, SDM, pemasaran dan Industri unggulannya. Sehingga kedepan tidak hanya menjual biji kopi yang belum diproduksi.

"Dan yang paling penting industri ini menjadi unggulan serta masyarakat sejahtera," tuturnya.