Ilmuwan Ungkap Kemampuan Dinosaurus Predator Nokturnal Berukuran Mini
Dinisaurus nokturnal Shuvuuia deserti. (Amy Davidson/Division of Paleontology/American Museum of Natural History via slidepalyer.com)

Bagikan:

JAKARTA - Di bawah kegelapan di habitat gurun sekitar 70 juta tahun yang lalu, di tempat yang sekarang disebut Mongolia dan China utara, dinosaurus yang tampak kurus menggunakan penglihatan malam yang sangat baik dan pendengaran yang luar biasa untuk berkembang sebagai predator nokturnal, meski berukuran kecil. 

Para ilmuwan mengatakan pada Hari Kamis 6 Mei, pemeriksaan cincin tulang yang mengelilingi pupil dan tabung tulang di dalam tengkorak yang menampung organ pendengaran menunjukkan, dinosaurus ini, yang disebut Shuvuuia deserti, memiliki kemampuan visual dan pendengaran yang mirip dengan burung hantu, memungkinkannya untuk berburu dalam kegelapan total.

Studi mereka yang diterbitkan dalam jurnal 'Science' menunjukkan, dinosaurus predator secara keseluruhan umumnya memiliki pendengaran yang lebih baik dari rata-rata, membantu berburu, tetapi memiliki penglihatan yang dioptimalkan untuk siang hari. Sebaliknya, Shuvuuia (diucapkan shu-VOO-ee-ah) menyukai kehidupan malam.

Shuvuuia adalah dinosaurus Zaman Kapur berukuran dua ekor burung pegar, berkaki dua yang beratnya kira-kira sama dengan seekor kucing rumah kecil. Karena tidak memiliki rahang yang kuat dan gigi yang tajam seperti banyak dinosaurus karnivora, ia memiliki tengkorak yang sangat mirip burung dan bentuknya ringan, serta banyak gigi kecil seperti butiran beras.

Lehernya yang agak panjang dan kepalanya yang kecil, ditambah dengan kaki yang sangat panjang, membuatnya menyerupai ayam yang canggung. Tidak seperti burung, ia memiliki lengan pendek tapi kuat yang diakhiri dengan satu cakar besar, bagus untuk digali.

"Shuvuuia mungkin telah berlari melintasi dasar gurun di bawah penutup malam, menggunakan pendengaran dan penglihatan malamnya yang luar biasa untuk melacak mangsa kecil seperti mamalia nokturnal, kadal, dan serangga. Dengan kakinya yang panjang, ia dapat dengan cepat berlari ke mangsa seperti itu, dan menggunakan mangsanya menggali kaki depan untuk melepaskan mangsa dari tempat berlindung seperti liang," kata ahli paleontologi Jonah Choiniere dari Universitas Witwatersrand di Afrika Selatan, penulis utama studi tersebut, melansir Reuters Jumat 7 Mei.

dinosaurus nokturnal

Fosil Shuvuuia deserti. (Sumber:Amy Davidson/Division of Paleontology/American Museum of Natural History via slidepalyer.com)

"Sungguh hewan yang aneh sehingga ahli paleontologi telah lama bertanya-tanya apa yang sebenarnya dilakukannya," tambah ahli paleontologi Roger Benson dari Universitas Oxford di Inggris, yang membantu memimpin penelitian.

Para peneliti melihat struktur yang disebut lagena, kantung melengkung dan seperti jari yang berada di rongga di tulang yang mengelilingi otak dan terhubung ke bagian telinga yang memungkinkan reptil dan burung menjaga keseimbangan dan menggerakkan kepala mereka saat berjalan.  Pendengaran akut membantu predator nokturnal menemukan mangsa. Semakin panjang lagena, semakin baik pendengaran hewan.

Burung hantu, predator nokturnal yang mahir bahkan dalam kondisi gelap gulita, memiliki lagena terpanjang secara proporsional dari semua burung yang hidup. Shuvuuia unik di antara dinosaurus predator dengan lagena yang sangat memanjang, hampir identik dalam ukuran relatif dengan burung hantu.

Para peneliti juga mengamati serangkaian tulang kecil yang disebut cincin skleral yang mengelilingi pupil mata. Itu ada pada burung dan kadal dan hadir pada nenek moyang mamalia saat ini. Shuvuuia memiliki cincin scleral yang sangat lebar, menunjukkan ukuran pupil ekstra besar yang membuat matanya menjadi alat penangkap cahaya khusus.

Studi tersebut menemukan, nokturnalitas jarang terjadi di antara dinosaurus, selain dari kelompok yang disebut alvarezsaurs yang merupakan anggota Shuvuuia. Alvarezsaurs memiliki penglihatan nokturnal di awal garis keturunan mereka, tetapi pendengaran super membutuhkan lebih banyak waktu untuk berkembang.

"Seperti banyak ahli paleontologi, saya pernah menganggap bahwa malam hari di zaman dinosaurus adalah saat mamalia keluar dari persembunyiannya untuk menghindari predasi dan persaingan. Pentingnya temuan ini adalah bahwa hal itu memaksa kita untuk membayangkan dinosaurus seperti Shuvuuia berevolusi untuk memanfaatkan ini," papar Choiniere.

Benson menambahkan, "Ini benar-benar menunjukkan bahwa dinosaurus memiliki berbagai keterampilan dan adaptasi yang baru saja terungkap sekarang. Kami menemukan bukti bahwa ada 'kehidupan malam' yang berkembang selama masa dinosaurus."