Bagikan:

JAKARTA - Tabrakan asteroid yang membunuh dinosaurus melahirkan hutan hujan tropis planet kita, sebuah penelitian menunjukkan.

Peneliti menggunakan fosil serbuk sari dan daun dari Kolombia untuk menyelidiki bagaimana dampaknya mengubah hutan tropis Amerika Selatan.

Setelah batuan antariksa selebar 12 km menghantam Bumi 66 juta tahun yang lalu, jenis vegetasi yang menyusun hutan ini berubah secara drastis. Melansir BBC, temuan ini dimuat dalam bergengsi 'Science'.

"Tim kami memeriksa lebih dari 50.000 catatan serbuk sari fosil dan lebih dari 6.000 fosil daun sebelum dan sesudah tumbukan," ujar Dr. Monica Carvalho dari Smithsonian Tropical Research Institution di Panama, mengatakan. 

amazon
Ilustrasi Amazon. (Andres Medina/Unsplash)

Para peneliti menemukan, tanaman bantalan kerucut yang disebut tumbuhan runjung dan pakis sudah umum sebelum asteroid besar menghantam tempat yang sekarang disebut Semenanjung Yucatan di Meksiko.

Tetapi, setelah dampak yang menghancurkan, keanekaragaman tanaman menurun sekitar 45 persen dan kepunahan tersebar luas, terutama di antara tanaman penghasil benih. Sementara hutan pulih selama enam juta tahun berikutnya, angiospermae, atau tumbuhan berbunga, mendominasi mereka.

Struktur hutan tropis juga berubah akibat transisi ini. Selama Zaman Kapur Akhir, ketika dinosaurus masih hidup, pepohonan yang membentuk hutan memiliki jarak yang sangat luas. Bagian atas tidak tumpang tindih, meninggalkan area terbuka yang diterangi matahari di lantai hutan.

Namun, setelah tabrakan asteroid, hutan mengembangkan kanopi tebal yang memungkinkan lebih sedikit cahaya mencapai tanah.

amazon
Ilustrasi hutan hujan Amazon. (Wikimedia Commons/Phil P Harris)

Jadi, bagaimana dampaknya mengubah hutan tropis yang jarang dan kaya tumbuhan runjung dari zaman dinosaurus menjadi hutan hujan masa kini, dengan pepohonan menjulang tinggi yang dihiasi bunga dan anggrek berwarna-warni?

Berdasarkan analisis serbuk sari dan daunnya, peneliti mengajukan tiga penjelasan berbeda. Pertama, dinosaurus bisa menjaga hutan agar tidak tumbuh terlalu lebat dengan memakan dan menginjak-injak tanaman yang tumbuh di bagian bawah hutan.

Kedua, abu yang jatuh dari tabrakan asteroid, memperkaya tanah di seluruh daerah tropis, memberikan keuntungan bagi tanaman berbunga yang tumbuh lebih cepat. Sementara penjelasan ketiga, kepunahan preferensial spesies konifer menciptakan peluang bagi tanaman berbunga untuk mengambil alih.

Ide-ide yang dihasilkan oleh tim peneliti ini tidak saling eksklusif. Dan, semunya berkontribusi pada kondisi yang kita lihat saat ini. 

"Pelajaran yang didapat di sini adalah, di bawah gangguan yang cepat, ekosistem tropis tidak hanya bangkit kembali. Tapi juga diganti, dan prosesnya memakan waktu sangat lama," anggota tim peneliti lainnya, Dr. Carvalho.