JAKARTA - New South Wales kembali mencatat peningkatkan kasus infeksi COVID-19, sementara polisi Australia mengeluarkan peringatan akan menindak tegas protes anti-penguncian.
New South Wales negara bagian terpadat di Australia dengan ibu kota negara bagian di Sydney, melaporkan 145 kasus baru pada Hari Senin, naik dari 14 sehari sebelumnya di tengah usaha untuk mengatasi COVID-19 varian Delta.
Yang menjadi perhatian khusus, 51 dari mereka yang baru didiagnosis aktif di masyarakat sebelum dites positif, meningkatkan risiko penularan. Sementara, pihak berwenang menyaratkan angka itu mendekati nol, jika penguncian tersebut ingin dicabut pada 30 Juli mendatang.
"Beberapa pengaturan mungkin berubah. Kami mungkin perlu bekerja lebih keras di beberapa area dan melepaskan beberapa pengaturan di area lain," kata Perdana Menteri Negara Bagian Gladys Berejiklian pada konferensi pers, mengutip Reuters Senin 26 Juli.
PM Berejiklian menambahkan, dia akan mengumumkan pembaruan terkait dengan status penguncian di wilayah yang dipimpinnya dalam beberapa hari ke depan.
Terpisah, ribuan orang menggelar aksi protes menentang penguncian di pusat Kota Sydney pada akhir pekan, yang menuai keprihatinan dari Kepala Kesehatan Negara Bagian Kerry Chant dan menyebutnya menyedihkan, lantaran berubah menjadi aksi kekerasan di tengah pandemi.
Komisaris polisi Negara Bagian New South Wales Mick Fuller mengatakan, sekitar 10.000 orang telah menelepon hotline polisi untuk melaporkan orang-orang yang dicurigai melanggar perintah penguncian.
Panggilan ke polisi adalah kecaman yang luar biasa oleh masyarakat, tidak hanya dalam hal rasa jijik mereka pada protes tetapi pada cara polisi diperlakukan, kata Fuller.
"Polisi mengetahui rencana protes berulang dan perilaku serupa "tidak akan ditoleransi lagi," tegasnya.
Terpisah, Negara Bagian Victoria yang juga mengalami penguncian, melaporkan 11 kasus baru, meskipun semuanya dikarantina selama masa infeksi mereka. Pihak berwenang mengatakan, mereka akan memutuskan pada hari berikutnya apakah akan mencabut pembatasan seperti yang diharapkan.
Sementara, Negara Bagian Australia Selatan mengatakan berada di jalur untuk keluar dari penguncian satu minggu pada Hari Rabu, setelah melaporkan satu kasus lokal baru, juga dalam karantina selama masa menular mereka.
Untuk mengatasi wabah saat ini, pemerintah mengubah rekomendasinya untuk memperluas penggunaan vaksin COVID-19 lansiran AstraZeneca, lantaran hingga saat ini baru sekitar 16 persen warga Australia di atas 16 tahun yang sudah menerima dosis penuh.
Kelompok Penasihat Teknis Australia untuk Imunisasi (ATAGI) sebelumnya membatasi penggunaan vaksin AstraZeneca hanya untuk orang berusai di atas 60 tahun, karena risiko pembekuan darah yang sangat jarang terjadi pada orang yang lebih muda.
Sementara, banyak warga Australia, termasuk mereka yang berusia di atas 60 tahun, memilih untuk meninggu vaksin Pfizer yang dibatasi untuk mereka yang berusia 40 hingga 60 tahun karena keterbatasan pasokan.
Akhir pekan kemarin, ATAGI merekomendasikan semua orang dewasa di Sydney untuk menerima vaksin AstraZeneca, dengan mempertimbangkan manfaatnya lebih besar dari risikonya.
Langkah itu didukung oleh anggota parlemen, dengan Menteri Keuangan Asutralia Josh Frydenberg mengatakan kepada wartawan, mendapatkan vaksinasi adalah tiket untuk Negeri Kangguru keluar dari krisi saat ini.
AstraZeneca menyambut baik perubahan tersebut, dengan mengatakan regulator di seluruh dunia telah mengeluarkan pernyuataan vaksin COVID-19 buatan mereka lebih besar manfaatnya daripada risikonya.
BACA JUGA:
Meski tengah berjuang keras menghadapi varian Delta, Australia tetap menjadi salah satu negara dengan angka kasus infeksi COVID-19 yang rendah. Melansir Worldometers, Australia total mencatat 33.082 kasus infeksi, 918 kematian dan 29.856 pasien dinyatakan sembuh sejak pandemi tahun lalu.