JAKARTA - Menjelang Hari Tuberkulosis (TB) Sedunia pada 24 Maret 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan desakan terkait peningkatan kesadaran masyarakat dan layanan kesehatan untuk penyakit tersebut. Hal ini dipengaruhi dengan TB yang hingga saat ini masih menjadi penyakit menular paling mematikan di dunia.
Penyakit ini menyebabkan kematian lebih dari 1 juta orang setiap tahunnya, yang membawa dampak menghancurkan pada keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, upaya global untuk memerangi penyakit ini terus dilakukan sejak tahun 2000 dan sudah menyelamatkan sekitar 79 juta jiwa.
Namun, upaya penanganan TB ini mendadak mengalami kemunduran setelah Presiden Donald Trump menutup akses bantuan dana dari United States for International Development (USAID). Hal ini bahkan dinilai akan mengakibatkan krisis kesehatan global terkait tuberkulosis.
Oleh karena itu, peringatan Hari Tuberkolosis Sedunia dengan tema “Yes! We Can End TB: Commit, Invest, Deliver”, WHO mengajak masyarakat untuk semakin menyoroti pentingnya penanggulangan optimal terhadap penyakit ini. WHO mengaku berkomitmen untuk terus berusaha membantu negara berisiko untuk penanganan TB.
“Keuntungan besar yang telah dibuat dunia melawan TB selama 20 tahun terakhir sekarang berisiko karena pemotongan pendanaan mulai mengganggu akses ke layanan untuk pencegahan, skrining, dan pengobatan bagi penderita TB,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom, dilansir dari laman WHO, pada Jumat, 21 Maret 2025.
BACA JUGA:
“Tapi kita tidak bisa menyerah pada komitmen konkret yang dibuat para pemimpin dunia. WHO berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua donor mitra, dan negara-negara yang terkena dampak untuk mengurangi dampak pemotongan dana dan menemukan solusi inovatif,” tambahnya.
Sebagai salah satu solusi mengatasi kendala biaya penanganan TB, WHO mendorong intergrasi TB dan kesehatan paru-paru dalam perawatan kesehatan primer sebagai solusi berkelanjutan. Panduan teknis baru yang dirilis WHO mengurai tindakan penting di seluruh rangkaian perawatan.
Panduan itu berfokus pada pencegahan, deteksi dini TB dan komorbiditas, manajemen yang dioptimalkan pada kontak pertama dan peningkatkan tindak lanjut terhadap pasien.
Dengan mengatasi faktor risiko TB bersama seluruh masyarakat dunia ini memperkuat respons global dan mendorong peningkatkan berkelanjutan dalam hasil mendatang.
WHO meminta semua orang baik individu, komunitas, masyarakat, dan pemerintah, untuk melakukan bagian mereka untuk mengakhiri TB.
Tanpa tindakan bersama dari semua pemangku kepentingan, upaya penanganan TB akan hancur, membalikkan kemajuan selama beberapa dekade, serta menempatkan jutaan nyawa dalam risiko kematian.