JAKARTA - Pakar penyakit menular Anthony Fauci asal Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Hari Minggu, orang yang memiliki beberapa masalah kesehatan, mungkin memerlukan dosis ketiga atau penguat vaksin COVID-19, lantaran adanya varian Delta.
"Mereka yang termasuk pasien transplantasi, kemoterapi kanker, penyakit autoimun, yang menggunakan rejimen imunosupresan, adalah individu yang jika akan ada booster (vaksin) ketiga, yang mungkin terjadi, akan menjadi yang pertama menerima," jelas Fauci dalam wawancara dengan CNN seperti mengutip Reuters Senin 26 Juli.
Lebih jauh diterangkan olehnya, pejabat kesehatan AS tengah mempertimbangkan apakah akan merevisi panduan masker untuk orang Amerika yang divaksinasi, dengan mengatakan hal tersebut 'dalam pertimbangan aktif'.
Mengutip studi yang menunjukkan mungkin ada penurunan kekebalan pada orang yang divaksinasi, Anthony Fauci mengatakan pejabat kesehatan AS sedang meninjau data untuk menentukan kapan booster mungkin diperlukan.
"Ini situasi yang dinamis. Ini adalah pekerjaan yang sedang berjalan, berkembang seperti di banyak area pandemi lainnya. Anda harus melihat datanya," jelas Fauci yang merupakan Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS.
Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Israel melaporkan penurunan efektivitas vaksin Pfizer dalam mencegah infeksi dan penyakit simtomatik. Meski demikian, vaksin COVID-19 dua dosis yang dikembangkan oleh Pfizer dengan BioNTech masih tetap sangat efektif dalam mencegah penyakit parah.
Penurunan keampuhan vaksin COVID-19, bertepatan dengan penyebaran varian Delta, yang sekarang menjadi strain dominan di Israel.
Israel memberikan dosis ketiga vaksin kepada orang-orang dengan gangguan kekebalan, termasuk mereka yang telah menjalani transplantasi jantung, paru-paru, ginjal atau hati dan pasien kanker yang menerima kemoterapi.
Varian Delta, yang pertama kali ditemukan di India, juga meningkatkan infeksi di Amerika Serikat dan secara global di dunia.
Peningkatan paling tajam dalam kasus COVID-19 terjadi di tempat-tempat dengan tingkat vaksinasi yang lebih rendah. Florida, Texas dan Missouri menyumbang 40 persen dari semua kasus baru secara nasional, dengan sekitar satu dari lima kasus baru AS terjadi di Florida, kata penasihat Gedung Putih Jeffrey Zients pekan lalu.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) pada Hari Minggu melaporkan peningkatan jumlah dosis vaksin yang diberikan dalam 24 jam terakhir mencapai 778.996, jumlah tertinggi yang diberikan dalam periode 24 jam sejak Amerika Serikat melaporkan memberikan 1,16 juta dosis pada 3 Juli.
Namun, jumlah itu jauh di bawah puncak 4,63 juta dosis yang dilaporkan pada 10 April lalu. Meskipun meningkat, laju vaksinasi COVID-19 di Negeri Paman Sam secara umum menurun, berdasarkan data CDC.
Seiring dengan pemerataan ketersediaan vaksin secara luas pada musim semi, Presiden Joe Biden melakukan kampanye secara agresif agar masyarakat mendapatkan vaksin COVID-19, terutama di negara bagian dan komunitas yang skeptis terhadap vaksinasi.
BACA JUGA:
Terpisah, Kepala Staf Gedung Putih Ronald Klain pada Hari Minggu memuji CDC, seiring dengan meningkatnya vaksinasi COVID-19 di AS.
Pekan lalu, Pfizer dan BioNTech mengatakan Amerika Serikat telah membeli 200 juta lebih dosis vaksin mereka untuk membantu vaksinasi anak serta kemungkinan suntikan booster.