Bagikan:

JAKARTA - Kabar baik datang dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mengungkapkan bahwa sejumlah tempat tidur di IGD rumah sakit rujukan COVID-19 mulai kosong.

"Tadi barusan kami lihat sama-sama, IGD-IGD sekarang ruangnya banyak kosong, sudah mulai ada ruang kosong di IGD-IGD kita," ujar Anies dalam Acara Vaksinasi Kadin Indonesia Bersama TNI Polri yang disiarkan langsung di kanal YouTube Kadin Indonesia, Minggu, 25 Juli.

 

Di tengah lonjakan COVID-19, Anies menyebut keterisian ruangan IGD tidak lagi penuh. Data tersebut, kata dia, dihimpun dari laporan beberapa rumah sakit-rumah sakit di Jakarta. 

"Bila melihat laporan dari rumah sakit jumlah keterisian IGD sudah mulai tidak lagi full," ungkapnya.

Selain itu, Anies juga menyebutkan tren positivity rate di Jakarta berangsur turun. Namun ia mengingatkan, rendahnya positivity rate bukan berarti Jakarta telah lewat masa puncak COVID-19.
 

Mantan Mendikbud itu menerangkan persentase positivity rate di Jakarta yang menyentuh 43 persen mulai turun menjadi 41 persen pada 16 Juli.

"Mengenai tren, kalau melihat pandemi, maka lihat nomor satu angka positivity rate, positivity rate kita di Jakarta itu pernah mencapai angka 43 persen di tanggal 13 Juli lalu tren itu mulai menurun menjadi 41 persen di tanggal 16 Juli," jelas Anies.

Anies menjelaskan, persentase ini terus menurun kembali pada 18 Juli menjadi 36 persen dan 21 Juli menjadi 28 persen. Terbaru, kata dia, angka positivity rate di Jakarta pada Sabtu, 24 Juli, kemarin berada di angka 24 persen.

Anies menilai, tren penurunan positivity rate dibarengi dengan jumlah testing yang tinggi. Anies mengklaim testing di Jakarta 30 kali dari standar WHO.

"Jadi ada tren positivity rate yang menurun, di sisi lain testing kita di Jakarta itu selalu tinggi yang disarankan oleh Kementerian Kesehatan. Kita harus 15 kali lebih tinggi daripada standar WHO dan Jakarta sudah di atas itu bahkan beberapa kali kita di atas 30 kali standar WHO," ucapnya.

Anies yakin data penurunan angka positivity rate itu valid. Namun, dia meminta masyarakat tidak terburu-buru menyimpulkan data yang masih bisa berubah setiap jam.

"Jadi menurut saya jangan kita buru-buru menyimpulkan karena ini berbeda dengan aliran lalu lintas yang bisa diprediksi jam-jaman, kalau ini waktunya perlu mingguan," demikian Anies.