Bagikan:

JAKARTA - Varian Delta sudah menjadi varian dominan COVID-19 di Amerika Serikat (AS), menurut pemodelan data yang dilakukan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Menurut perkiraan badan kesehatan, varian Delta menjadi dominan di negara itu selama dua minggu yang berakhir 3 Juli, dengan 51,7 persen kasus terkait dengan varian yang pertama kali diidentifikasi di India, seperti mengutip Reuters Kamis 8 Juli.

Sementara, proporsi kasus terkait varian Alpha yang pertama kali diidentifikasi di Inggris dan sejauh ini dominan di Amerika Serikat, turun menjadi di kisaran 28,7 persen.

Data, yang menunjukkan perkiraan proporsi dua mingguan dari garis keturunan SARS-CoV-2 paling umum yang beredar di Amerika Serikat, didasarkan pada urutan yang dikumpulkan melalui pengawasan genomik nasional CDC sejak 20 Desember 2020.

Varian Delta, yang menjadi dominan di banyak negara, lebih mudah ditularkan daripada versi virus corona sebelumnya dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, terutama di kalangan orang muda. Sekarang telah ditemukan di setiap negara bagian AS, kata pejabat kesehatan.

ilustrasi covid-19
Ilustrasi COVID-19 (Wikimedia Commons/Fars News Agency/Mohsen Atayi)

Sejauh ini, data awal menunjukkan vaksin yang dibuat oleh Pfizer, AstraZeneca dan Moderna sebagian besar bersifat protektif terhadap varian Delta.

Sebelumnya, dalam jumpa pers Hari Selasa Presiden Joe Biden mengutip penyebaran cepat varian Delta, mendesak warga AS segera divaksinasi, terutama kaum muda yang mungkin berpikir bahwa mereka tidak perlu divaksinasi.

"Ini seharusnya membuat semua orang berpikir dua kali," tegas Presiden Joe Biden seperti mengutip NBCNews.

Penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 efektif terhadap banyak varian, termasuk varian Delta. Sebuah laporan baru-baru ini dari Public Health England, di mana varian tersebut menyumbang lebih dari 90 persen kasus baru, menemukan dua dosis vaksin Pfizer menjadi 96 persen efektif terhadap rawat inap.

Selain di AS, varian Delta telah terdeteksi di 103 negara dan diprediksi akan menjadi varian dominan secara global.

"Berdasarkan perkiraan keunggulan transmisi varian Delta, varian Delta akan cepat mengungguli varian lain dan menjadi garis keturunan dominan yang beredar selama beberapa bulan mendatang," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Selasa lalu.

Untuk diketahui, jumlah kasus baru COVID-19 di seluruh dunia mengalami peningkatan kendati tidak signifikan, setelah penurunan selama tujuh minggu, menurut WHO. Selain itu, kematian terkait COVID-19 juga terus menurun, mencapai titik terendah sejak Oktober 2020.