Buru Pelaku Penembakan Presiden Jovenel Moise, Haiti Umumkan Pengepungan Nasional
Presiden Haiti Jovenel Moise. (Wikimedia Commons/Office of U.S. Ambassador to U.N)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Sementara Haiti Claude Joseph mengumumkan keadaan pengepungan di seluruh wilayah negara itu, Rabu 7 Juli atau beberapa jam setelah Presiden Jovenel Moise tewas di tembak di rumahnya.

"Sesuai dengan pasal 149 Konstitusi, saya baru saja memimpin dewan menteri luar biasa dan kami telah memutuskan untuk menyatakan keadaan pengepungan di seluruh negeri," kata Joseph dalam pidato yang disiarkan di media sosial, seperti mengutip Euronews.

"Mereka menembak dan membunuh presiden dan melukai istrinya," lanjutnya, memastikan bahwa kematian mereka tidak akan dibiarkan begitu saja.

Sementara itu, Martine Moise, istri mendiang Presiden Moise dalam kondisi stabil tetapi kritis dan kemungkinan akan dikirim ke Miami, Amerika Serikat untuk perawatan medis lebih lanjut.

"Istri Presiden Moise, Ibu Negara Martine Moise, telah dirawat di rumah sakit. Demokrasi dan Republik yang harus menang. Kekuatan gelap akan kalah," tegasnya.

Sebelumnya pada Hari Rabu, Joseph menyebut serangan itu sebagai tindakan kebencian, tidak manusiawi dan barbar. Pada saat bersamaan, Ia memastikan Polisi Nasional Haiti dan pihak berwenang lainnya telah mengendalikan situasi di negara Karibia tersebut.

Terpisah, Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat (AS) Bocchit Edmond mengatakan, serangan itu kemungkinan dilakukan oleh 'komando profesional terlatih' dan 'tentara bayaran asing' yang menyamar sebagai agen AS.

Dia mengatakan orang-orang bersenjata itu saat ini tidak berada di Haiti dan mungkin melarikan diri melalui perbatasan darat ke Republik Dominika atau melalui laut.

Mendiang Presiden Haiti Jovenel Moise naik jabatan pada tahun 2017 lalu. Dalam beberapa bulan terakhir, para pemimpin oposisi menuntut agar dia mundur, dengan alasan bahwa masa jabatannya secara hukum berakhir pada Februari 2021.

Presiden Moise telah memerintah melalui dekrit selama lebih dari setahun, setelah negara itu gagal menyelenggarakan pemilihan legislatif dan ingin mendorong reformasi konstitusi yang kontroversial.

Untuk diketahui, Presiden Moise terbunuh sehari setelah dia menominasikan Ariel Henry, seorang ahli bedah saraf, sebagai perdana menteri baru negara itu. Sementara, Haiti dijadwalkan mengadakan pemilihan umum akhir tahun ini.