JAKARTA - Pasukan keamanan Haiti terlibat baku tembak sengit dengan penyerang yang membunuh Presiden Jovenel Moise di rumahnya, serta melukai Ibu Negara Martine Moise.
Polisi telah membunuh empat 'tentara bayaran' dan menangkap dua lagi, Direktur Jenderal Polisi Leon Charles mengatakan dalam komentar yang disiarkan televisi Rabu malam, seperti mengutip Reuters Kamis 8 Juli.
"Kami memblokir mereka dalam perjalanan saat mereka meninggalkan lokasi penembakan. Sejak itu, kami bertarung dengan mereka," tegas Charles.
"Mereka akan dibunuh atau ditangkap," sambung Charles, menambahkan bahwa pasukan keamanan tidak akan beristirahat sampai mereka semua ditangani.
Moise, seorang mantan pengusaha berusia 53 tahun ditembak mati dan istrinya, Martine Moise, terluka parah ketika pembunuh bersenjata berat menyerbu rumah pasangan itu di perbukitan di atas Port-au-Prince Rabu 7 Juli sekitar pukul 01.00 dinihari waktu setempat.
Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat, Bocchit Edmond, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara, orang-orang bersenjata itu menyamar sebagai agen Administrasi Penegakan Narkoba AS (DEA) ketika mereka memasuki kediaman Moise yang dijaga pasukan tak berseragam.
Pemerintah mengumumkan keadaan darurat selama dua minggu untuk membantu memburu para pembunuh, yang digambarkan Edmond sebagai sekelompok 'tentara bayaran asing' dan pembunuh terlatih.
Orang-orang bersenjata itu berbicara bahasa Inggris dan Spanyol, kata Perdana Menteri sementara Claude Joseph, yang mengambil alih kepemimpinan negara, di mana mayoritas penduduk negara di kawasan Karibia tersebut berbicara bahasa Prancis atau Kreol Haiti.
"Saya menyerukan ketenangan. Semuanya terkendali. Tindakan barbar ini tidak akan dibiarkan begitu saja," terang Perdana Menteri Joseph di televisi bersama Direktur Jenderal Polisi Charles.
Sementara itu, Martine Moise, istri mendiang Presiden Moise dalam kondisi stabil tetapi kritis dan kemungkinan akan dikirim ke Miami, Amerika Serikat untuk perawatan medis lebih lanjut.
"Istri Presiden Moise, Ibu Negara Martine Moise, telah dirawat di rumah sakit. Demokrasi dan Republik yang harus menang. Kekuatan gelap akan kalah," tegas Joseph.
BACA JUGA:
Untuk diketahui, mendiang Presiden Haiti Jovenel Moise naik jabatan pada tahun 2017 lalu. Dalam beberapa bulan terakhir, para pemimpin oposisi menuntut agar dia mundur, dengan alasan bahwa masa jabatannya secara hukum berakhir pada Februari 2021.
Presiden Moise telah memerintah melalui dekrit selama lebih dari setahun, setelah Haiti gagal menyelenggarakan pemilihan legislatif dan ingin mendorong reformasi konstitusi yang kontroversial.