Bagikan:

JAKARTA - Mantan informan Badan Pemberantasan Narkoba AS (DEA) Joseph Vincent, mengaku bersalah di pengadilan AS atas perannya dalam pembunuhan Presiden Haiti pada tahun 2021 yang menyebabkan kekosongan kekuasaan hingga stabilitas.

Vincent, seorang warga negara Haiti-Amerika, termasuk di antara 11 terdakwa, termasuk mantan tentara dan pengusaha Kolombia yang dituduh membantu memasok dana dan senjata, serta melakukan serangan malam hari di rumah Presiden Jovenel Moise di Port-au-Prince.

Vincent ditangkap beberapa hari setelah serangan itu bersama warga Haiti-Amerika lainnya, James Solages. Kedua pria tersebut awalnya mengatakan mereka dipekerjakan oleh para konspirator sebagai penerjemah, dikutip dari Reuters 6 Desember.

Pada saat penyerangan terjadi, orang-orang bersenjata dilaporkan menyamar sebagai agen DEA. Belakangan, DEA kemudian mengatakan baik Vincent maupun Solages tidak bertindak atas nama badan tersebut.

Pengajuan ke pengadilan, yang ditandatangani oleh Vincent, menyatakan dia telah memberikan dukungan materi dan layanan untuk plot tersebut, termasuk nasihat tentang lanskap politik dan pertemuan dengan para pemimpin masyarakat utama.

Pada pertemuan-pertemuan tersebut, kata pengajuan tersebut, Vincent sering mengenakan pin Departemen Luar Negeri AS yang membuat orang percaya, dia dipekerjakan oleh pemerintah AS.

Vincent melakukan perjalanan ke Haiti pada awal tahun 2021 untuk mendukung upaya pendeta yang berbasis di Florida dan salah satu terdakwa Christian Sanon untuk menggantikan Moise, menurut pengajuan tersebut. Pada malam penyerangan, ada seorang penumpang di dalam kendaraan yang dikendarai Solages ke rumah presiden.

Pengakuan bersalah Vincent menyusul pengakuan mantan Senator Haiti Joseph Joel John, pensiunan kolonel tentara Kolombia German Rivera dan warga negara Haiti-Chili Rodolphe Jaar. Nama terakhir dituduh membantu memasok senjata dan kendaraan untuk serangan tersebut.

Jaar dan Rivera sama-sama dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, sementara John diperkirakan akan dijatuhi hukuman pada 19 Desember.

Vincent, yang juga terancam hukuman penjara seumur hidup, akan dijatuhi hukuman pada 9 Februari.

Diketahui, Presiden Jovenel Moise tewas dalam penembakan brutal di kediamannya pada Rabu 7 Juli dini hari. Sementara itu, Martine Moise, istri mendiang Presiden Moise yang ikut tertembak dalam peristiwa itu, sempat mendapatkan perawatan di Florida, Amerika Serikat dan kembali ke Haiti setelah sembuh.

Sementara, geng-geng bersenjata yang melakukan kekerasan telah memperluas wilayah mereka secara besar-besaran di Haiti sejak tahun 2021, memicu krisis kemanusiaan yang telah menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi di tengah laporan pelanggaran serius termasuk penyiksaan hingga penculikan massal.