Israel Laporkan Penurunan Efektivitas Vaksin COVID-19 Pfizer Menjadi 64 Persen
Vaksin Pfizer. (Wikimedia Commons/Arne Müseler)

Bagikan:

JAKARTA - Israel melaporkan penurunan efektivitas vaksin COVID-19 Pfizer dalam mencegah infeksi dan penyakit simtomatik, meski disebut tetap efektif dalam melakukan pencegahan penyakit serius. 

Penurunan tersebut bertepatan dengan merebaknya varian Delta dan berakhirnya penerapan jarak sosial di Israel, seperti mengutip Reuters Selasa 6 Juli. 

"Efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi dan penyakit bergejala turun menjadi 64 persen sejak 6 Juni. Pada saat yang sama, vaksin itu 93 persen efektif dalam mencegah rawat inap dan penyakit serius akibat virus corona," sebut Kementerian Kesehatan Israel. 

Kementerian dalam pernyataannya tidak mengatakan apa tingkat sebelumnya atau memberikan rincian lebih lanjut. Namun, pejabat kementerian menerbitkan laporan pada Bulan Mei yang menunjukkan, dua dosis vaksin Pfizer memberikan perlindungan lebih dari 95 persen terhadap infeksi, rawat inap dan penyakit parah.

Seorang juru bicara Pfizer menolak mengomentari data dari Israel, tetapi mengutip penelitian lain yang menunjukkan, antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin masih mampu menetralkan semua varian yang diuji, termasuk Delta, meskipun dengan kekuatan yang berkurang.

Diketahui, sekitar 60 persen dari 9,3 juta penduduk Israel telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin Pfizer. Program vaksinasi ini diikuti dengan penurunan kasus infeksi harian, dari semula di atas 10 ribu kasus pada Januari, menjadi tinggal 1 digit pada bulan lalu. 

Ini mendorong Israel mencabut penerapan jarak sosial, serta melonggarkan aturan pemakaian masker wajah, meski belakangan kebijakan pemakaian masker diberlakukan kembali seiring dengan merebaknya COVID-19 varian Delta yang dominan secara global.  

Sejak saat itu, kasus harian secara bertahap meningkat, mencapai 343 pada Hari Minggu. Jumlah yang sakit parah naik menjadi 35 dari 21.

Ilmuwan data Eran Segal dari Institut Sains Weizmann Israel mengatakan, negara itu tidak mungkin mengalami tingkat rawat inap yang tinggi yang terlihat pada awal tahun, karena jauh lebih sedikit yang sakit kritis.

"Tidak apa-apa melanjutkan kehidupan kembali normal dan tanpa batasan" sebutnya sambil meningkatkan langkah-langkah seperti penjangkauan vaksinasi dan memastikan pengujian untuk orang Israel yang pulang dari luar negeri.