COVID-19, PM New South Wales Tentukan Nasib Sydney 24 Jam ke Depan
Ilustrasi Sydney, Australia. (Wikimedia Commons/Franklin Heijnen)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri New South Wales (NSW), Australia Gladys Berejiklian mengumumkan pada Selasa 6 Juli waktu setempat, pihaknya akan memutuskan apakah akan memperpanjang atau tidak penguncian di Sydney dalam 24 jam kedepan.

Status penguncian selama dua minggu yang ditetapkan terhadap Sydney, guna mencegah penyebaran infeksi COVID-19 dengan varian Delta, rencananya akan berakhir pada Jumat pekan ini. Sementara, kasus infeksi baru di negara bagian terpadat di Australia tersebut mengalami penurunan  

Hanya 18 kasus COVID-19 baru yang didapat secara lokal terdeteksi di NSW pada Hari Selasa, setengah dari jumlah hari sebelumnya. Tetapi, Perdana Menteri (PM) Gladys Berejiklian mengatakan keputusan itu juga akan mempertimbangkan tekad pemerintahannya untuk menjadikan penguncian saat ini di kota berpenduduk lima juta orang itu sebagai yang terakhir, karena bertujuan untuk meningkatkan vaksinasi.

"Itu akan menjadi faktor dalam pengambilan keputusan kami, apakah (penguncian dua minggu) selesai pada hari Jumat atau apakah kami melanjutkan untuk periode yang lebih lama," kata Berejiklian kepada wartawan, seperti mengutip Reuters Selasa 6 Juli. 

"Saya berharap dapat berkomunikasi dengan masyarakat besok tentang seperti apa minggu depan," lanjutnya.

Sydney melakukan penguncian ketat pada 26 Juni untuk meredam gejolak wabah COVID-19 varian Delta. Tetapi, sejumlah perjabat terkait frustasi seiring penemuan kasus infeksi baru terkait dengan pertemuan ilegal dan orang-orang yang melanggar aturan jarak sosial, meningkatkan prospek penyebarluasan virus. 

Dari kasus-kasus Selasa, 16 berada dalam isolasi selama atau sebagian dari periode infeksi mereka. Dua kasus lainnya menghabiskan waktu di masyarakat saat mereka menular.

Sydney sendiri terus berjuang melawan wabah COVID-19 yang tahun ini lebih buruk dibanding tahun lalu. Total lebih dari 330 kasus infeksi tercatat di kota ini, sejak kasus pertama terdeteksi hampir tiga minggu lalu, saat seorang pengemudi limusin yang mengangkut awak maskapai luar negeri dinyatakan terinfeksi.

Untuk diketahui, pelacakan kontak yang cepat, penguncian, aturan jarak sosial yang ketat, dan kepatuhan masyarakat yang tinggi telah membuat angka COVID-19 Australia jauh lebih rendah di antara negara-negara maju lainnya.

Melansir Worldometers, hingga Selasa ini Negeri Kangguru saat ini mencatat total kasus infeksi sebanyak 30.829 kasus dengan 910 kematian, serta total pasien sembuh sebanyak 29.405.