Akhir Bulan Kedaluwarsa, Israel Ingin Barter Vaksin COVID-19 Pfizer
Vaksin Pfizer. (Wikimedia Commons/U.S. Secretary of Defense)

Bagikan:

JAKARTA - Israel sedang dalam pembicaraan dengan negara-negara lain, tentang kesepakatan untuk menurunkan surplus vaksin COVID-19 lansiran Pfizer/BioNtech, yang dosisnya akan kedaluwarsa pada akhir bulan, kata para pejabat pada Hari Minggu.

Perdana Menteri Naftali Bennett mengatakan, dia berbicara dengan CEO Pfizer Albert Bourla tentang mengamankan lebih banyak vaksin untuk Israel, serta kemungkinan kesepakatan untuk menukar vaksin antara Israel dan negara lain, meskipun dia tidak mengatakan yang mana.

"Kontak sedang ditangani oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Luar Negeri dan Dewan Keamanan Nasional," kata PM Israel Naftali Bennett, mengutip Reuters Senin 5 Juli.

Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Israel Hezi Levi dalam sebuah wawancara dengan Radio 103 FM mengatakan, vaksin akan berakhir (kedaluwarsa) pada 31 Juli dan kesepakatan apa pun harus mendapat persetujuan Pfizer.

Dia tidak mengatakan berapa banyak dosis yang ingin ditukar oleh Israel. Namun, surat kabar Haaretz menyebutkan jumlahnya sekitar satu juta dosis.

"Kami sedang bernegosiasi dengan negara lain. Kami membahas masalah vaksin ini siang dan malam," kata Levi tanpa menyebut nama negara dimaksud. 

vaksin pfizer
Ilustrasi vaksin COVID-19. (Wikimedia Commons/Ministerio de Defensa del Perú)

Dikatakannya, Israel telah membicarakan kesepakatan ini dengan Inggris pekan lalu. Tetapi, sambungnya, belum ada kesepakatan yang terwujud dan 'sesuatu dari masa lalu'.

Seorang juru bicara Pfizer mengatakan, perusahaan dengan senang hati mendiskusikan potensi permintaan donasi vaksin Pfizer/BioNTech COVID-19 antara pemerintah berdasarkan kasus per kasus, terutama jika ini membantu memastikan vaksin digunakan untuk melindungi orang dari penyakit ini".

Bulan lalu, Palestina menolak sekitar satu juta dosis dari Israel, dengan mengatakan mereka terlalu dekat dengan tanggal kedaluwarsa.

Israel diketahui merupakan salah satu negara yang paling awal meluncurkan program vaksinasi COVID-19, dengan hampir 90 persen penduduk di atas 50 tahun telah menerima vaksin COVID-19.

Dengan infeksi turun dari lebih dari 10.000 per hari pada Januari menjadi satu digit, Israel, dengan populasi 9,3 juta penduduk, telah menurunkan hampir semua pembatasan virus corona.

Tetapi, peningkatan kasus yang dimulai pada pertengahan Juni, dikaitkan dengan varian Delta yang lebih menular, dapat membawa beberapa pembatasan kembali, kata Levi.

Secara keseluruhan, sekitar seperlima dari semua orang Israel yang memenuhi syarat belum memiliki vaksin, menurut data kementerian kesehatan.

Tingkat vaksinasi mencapai puncaknya pada bulan Januari dan secara bertahap turun hingga Juni, ketika anak-anak berusia 12 hingga 15 tahun memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan. 

Penyebaran varian Delta, khususnya di kalangan anak sekolah, telah mendorong para orang tua untuk memvaksin anak-anak mereka dan angkanya telah meningkat lima kali lipat sejak awal Juni.

Levi mengatakan, vaksin Pfizer sekitar 85-88 persen efektif terhadap varian Delta, angka yang tinggi, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan efektivitasnya terhadap varian lain.

Dia mendasarkan angka itu pada penelitian Inggris serta penelitian terbaru oleh kementerian kesehatan. Seorang juru bicara kementerian tidak segera memberikan rincian lebih lanjut tentang penelitian tersebut.