Otoritas Melbourne Sebut Demo Anti-penguncian COVID-19 Disusupi Ekstremis dan Sayap Kanan
Ilustrasi polisi Australia berjaga untuk mengantisipasi unjuk rasa anti-penguncian COVID-19. (Wikimedia Commons/Neb)

Bagikan:

JAKARTA - Polisi disebar ke seluruh pusat Kota Melbourne untuk mengantisipasi protes anti-penguncian COVID-19 untuk hari ketiga berturut-turut, saat Negara Bagian Victoria mengalami peningkatan infeksi.

Lebih dari 60 orang ditangkap pada Hari Selasa, setelah lebih dari 2.000 pengunjuk rasa merusak properti, memblokir jalan bebas hambatan yang sibuk dan melukai tiga polisi, menyusul penutupan dua minggu lokasi konstruksi untuk membatasi penyebaran penyakit.

Sekelompok pengunjuk rasa berkeliaran di jalan-jalan dan berkumpul di sebuah landmark kota pada Hari Rabu, meskipun perintah untuk tetap di rumah, tetapi sebagian besar menghindari bentrokan dengan bus polisi. Sementara, kepala polisi negara bagian Shane Patton bersumpah untuk mencegah lebih banyak kekerasan.

Polisi meminta otoritas penerbangan untuk menyatakan zona larangan terbang di atas Melbourne, ibukota negara bagian, untuk alasan operasional dan keamanan, kata pejabat media polisi Belinda Batty.

"Ini adalah situasi yang sangat dinamis," katanya kepada Reuters seperti dikutip 22 September, tetapi menolak untuk mengungkapkan jumlah penangkapan.

Menjelang sore, gambar-gambar televisi menunjukkan sekelompok besar polisi telah membubarkan beberapa ratus pengunjuk rasa yang berkumpul di Kuil Peringatan, yang menghormati dinas perang.

Dalam klip itu, kelompok dua atau tiga polisi membawa pengunjuk rasa menjauh dari struktur, satu per satu, sebelum muncul untuk mencatat rincian mereka di halaman rumput di dekatnya.

Protes mengikuti keputusan pihak berwenang untuk membuat vaksin COVID-19 wajib bagi pekerja konstruksi dan untuk menegakkan penutupan lokasi bangunan mulai Selasa, dengan alasan ketidakpatuhan terhadap aturan kesehatan.

Namun, pihak berwenang dan pejabat serikat pekerja mengatakan kelompok ekstremis dan sayap kanan juga menyusup bergabung dalam protes tersebut.

"Ada beberapa orang di sana yang akan Anda katakan berasal dari industri bangunan. Ada orang lain yang tidak, mereka tidak ada di sana untuk memprotes, mereka ada di sana untuk berkelahi, berpura-pura memprotes," kata perdana menteri negara bagian itu, Daniel Andrews.

Beberapa pengunjuk rasa menolak untuk berbicara dengan wartawan di tempat kejadian, meneriakkan 'berita palsu' ketika didekati, kata media lokal. Yang lain memegang spanduk dengan slogan, "Akhiri penguncian sekarang!"  

Sementara itu, kota-kota terbesar Australia di Sydney dan Melbourne, serta ibu kota, Canberra, telah dikunci selama berminggu-minggu untuk menahan wabah varian Delta. Melbourne sendiri telah berada dalam penguncian keenam, terbanyak selama pandemi.

Otoritas di Sydney dan Melbourne terus melakukan persiapan untuk melonggarkan beberapa pembatasan, seiring dengan peningkatan jumlah orang dewaasa yang telah divaksinasi COVID-19 penuh mencapai 70 persen yang diharapkan tercapai bulan depan. Sementara, relaksasi lebih lanjut akan diberikan saat vaksinasi mencapai 80 persen.

Sekitar 54 persen orang berusia 16 tahun ke atas telah divaksinasi lengkap di negara bagian New South Wales yang paling padat penduduknya, dengan 45 persen di negara bagian Victoria bagian tenggara.

Sementara, Victoria mencatat 628 infeksi baru pada Hari Rabu, kenaikan satu hari terbesar tahun ini, melebihi tertinggi sebelumnya 603 sehari sebelumnya. Ada pun New South Wales, yang ibu kotanya adalah Sydney, memiliki total 1.035 infeksi baru, naik dari 1.022 pada Selasa.

Untuk diketahui, Australia mencatat total kasus infeksi COVID-19 sekitar 90.300, termasuk 1.186 kematian, dengan delapan kematian baru dilaporkan, sejak pandemi dimulai.