Bagikan:

JAKARTA - Negara Bagian New South Wales, Australia pada Hari Jumat melaporkan kenaikan harian terbesar dalam kasus infeksi COVID-19 tahun ini, membuat otoritas setempat memperketat penguncian di Sydney dalam apa yang disebut sebagai 'darurat nasional'.

Mendapati kondisi ini, Perdana Menteri Negara Bagian Gladys Berejiklian tidak menutup kemungkinan penguncian yang akan berakhir pada 30 Juli mendatang, akan diperpanjang kembali.

"Tidak ada keraguan bahwa jumlahnya tidak menuju ke arah yang kami harapkan pada tahap ini," ungkap Berejiklian saat mengumumkan 136 kasus baru di New South Wales, mengutip Reuters Jumat 23 Juli.

Total infeksi dalam wabah terburuk di Australia sejak puncak pandemi tahun lalu telah melonjak menjadi lebih dari 1.900, sejak kasus pertama terdeteksi pada pengemudi limusin Sydney yang mengangkut awak penerbangan internasional pada pertengahan Juni lalu.

Wabah varian Delta yang bergerak menyebar dengan cepat, melintasi perbatasan ke negara bagian tetangga Victoria dan Australia Selatan, yang mengarah ke tindakan yang telah membuat lebih dari setengah populasi negara itu terkunci. Menyebabkan penutupan sebagian besar aktivitas ekonomi.

Yang krusial, setidaknya 53 kasus baru di Sydney menular di masyarakat sebelum didiagnosis. Pihak berwenang mengatakan, angka itu harus mendekati nol agar penguncian di ibu kota New South Wales dicabut.

Sementara itu, Kepala petugas kesehatan negara bagian Kerry Chant mengatakan, program vaksinasi nasional perlu difokuskan kembali pada sejumlah titik panas penyebaran infeksi COVID-19 di Sydney.

"Saya telah memberi tahu pemerintah hari ini, bahwa ini adalah keadaan darurat nasional, dan memerlukan tindakan tambahan untuk mengurangi jumlah kasus," ungkap Chant. Status 'darurat nasional' formal biasanya akan membuka dana pemerintah federal dan bantuan lainnya.

Berbeda dengan New South Wales, pejabat Negara Bagian Victoria melaporkan penurunan kasus harian baru pada Hari Jumat menjadi 14, menambahkan 10 di antaranya berada di karantina selama seluruh periode infeksi mereka.

Dengan lebih dari 32.500 kasus COVID-19 dan 916 kematian, Australia bernasib jauh lebih baik daripada banyak negara maju lainnya. Tetapi penguncian yang berhenti dan mulai dan peluncuran vaksin yang lamban telah membuat penduduk frustrasi.

Hingga saat ini, baru sekitar 15 persen orang dewasa Australia telah menerima dosis lengkap vaksin COVID-19, angka yang jauh di belakang banyak negara maju lainnya.

Ini membuat Perdana Menteri Scott Morrison kemarin meminta maaf atas peluncuran vaksinasi yang lambat. Sementara, pemerintahannya menargetkan vaksinasi penuh terhadap populasi orang dewasa pada akhir tahun.

Terpisah, Menteri Kesehatan Federal Greg Hunt pada Hari Jumat mengatakan, regulator obat Negeri Kangguru telah menyetujui penggunaan vaksin COVID-19 Pfizer pada anak-anak berusia 12 hingga 15 tahun, meskipun tidak ada rencana segera untuk menambahkan kelompok itu ke program vaksinasi nasional.

Buntut dari kondisi di Australia beberapa waktu belakangan, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern hari ini mengumumkan penangguhan 'gelembung perjalanan' dengan Australia selama delapan minggu ke depan.