1.003 Pasien COVID-19 di Australia Meninggal, Rumah Sakit Terancam Penuh Bulan Depan Akibat Varian Delta
Ilustrasi Sepinya Tamworth di New South Wales, Australia. (Wikimedia Commons/Thirdayparadise at the English Wikipedia)

Bagikan:

JAKARTA - Australia masih kesulitan mengendalikan kasus infeksi COVID-19, dengan Negara Bagian New South Wales kembali mencetak rekor infeksi, rumah sakit terancam penuh dan rekor baru pasien meninggal.

Negara bagian terpadat di Australia, New South Wales yang menjadi pusat wabah COVID-19 saat ini, diprediksi akan mencapai puncak rawat inap intensif pada Oktober, karena kasus menumpuk di tengah pelaporan rekor kenaikan harian infeksi baru pada Senin.

New South Wales mengumumkan rekor 1.290 kasus infeksi baru, ketika negara itu berjuang untuk menahan varian Delta yang sangat menular dari virus corona.

Perdana Menteri Gladys Berejiklian mengatakan, negara bagian sedang mempersiapkan rawat inap tambahan karena meningkatnya infeksi, sebelum peningkatan cakupan vaksinasi mulai mengurangi tekanan.

"Kami mengantisipasi bahwa bulan terburuk, waktu terburuk untuk unit perawatan intensif kami adalah pada Oktober mendatang," kata Berejiklian di ibukota negara bagian Sydney, mengutip Reuters Senin 30 Agustus.

"Kami perlu mengelola berbagai hal secara berbeda karena kami berada di tengah pandemi, tetapi kami akan mengatasinya," sambung Berejiklian.

Total saat ini ada 840 orang di rumah sakit untuk COVID-19 di New South Wales, dengan 137 dalam perawatan intensif dan 48 membutuhkan ventilasi. Secara nasional, ada rekor 1.375 kasus COVID-19 baru yang dilaporkan.

Sementara, empat kematian pasien pada Hari Senin di New South Wales, menjadikan Australia kini mencatat 1.003 pasien COVID-19 meninggal, menambah daftar negara maju yang sudah melampaui 1.000 kasus kematian akibat COVID-19.

Sejatinya, Australia telah menggunakan sistem penguncian dan karantina yang ketat, untuk menjaga infeksi virus corona dan tingkat kematian lebih rendah dibanding negara maju lainnya. Namun, varian Delta sekarang menekan layanan kesehatan Negeri Kangguru.

Lebih dari 33 persen dari mereka yang berusia 16 dan lebih tua telah menerima dua dosis vaksin, jauh di bawah negara-negara sejajar dengan Australia, menurut data pemerintah.

Penundaan itu sebagian karena perubahan saran kesehatan mengenai penggunaan vaksin AstraZeneca, yang akan menjadi tulang punggung program imunisasi negara, setelah kasus pembekuan darah yang jarang terjadi di antara beberapa penerima.

Meski demikian, laju vaksinasi di Australia sejak itu meningkat menjadi lebih dari 250.000 dosis sehari per pekan, tingkat tercepat yang pernah ada, menurut analisis Reuters.

Adapun negara bagian terpadat kedua di Australia, Victoria, melaporkan 73 kasus COVID-19 baru pada Hari Senin, sehari setelah Perdana Menteri Dan Andrews mengatakan akan memperpanjang tindakan penguncian, karena infeksi harian mencapai level tertinggi dalam setahun.