Menkes Jelaskan Strategi Penanganan Lonjakan Omicron Berbeda dengan Delta, Banyak yang Tak Perlu Dirawat
Menkes Budi Gunadi Sadikin/DOK Kemenkes

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan strategi pemerintah dalam menghadapi lonjakan kasus COVID-19 gelombang ketiga akibat penularan varian Omicron.

Budi menuturkan, tingkat hospitalisasi pasien Omicron lebih rendah dibanding penyebaran varian Delta pada pertengahan 2021.

Karena kondisi itu, banyak pasien yang tidak perlu dirawat di rumah sakit. Berbeda dengan gelombang varian Delta yang tingkat keparahannya lebih tinggi.

"Kita akan melihat yang masuk ke rumah sakit lebih sedikit. Jadi, lebih banyak orang-orang yang terkena omicron ini dirawat di rumah atau isolasi mandiri. Itu sebabnya strategi pemerintah dalam menghadapi gelombang Omicron ini sedikit berbeda dengan menghadapi gelombang Delta," kata Budi dalam konferensi pers virtual, 27 Januari.

Budi kemudian memaparkan kondisi pasien Omicron di Indonesia saat ini. Saat ini, sudah ada 1.988 kasus COVID-19 varian Omicron yang terdeteksi.

Dari jumlah kasus tersebut, sebanyak 854 kasus Omicron dirawat di rumah sakit. Sebanyak 86 pasien masih dirawat, 765 pasien telah sembuh, dan 3 pasien meninggal dunia.

Dari 845 kasus Omicron yang dirawat, mayoritas kasus merupakan orang tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan. Rinciannya, 461 kasus OTG, 334 kasus dengan gejala ringan, kategori sedang 54 kasus, dan berat 5 kasus.

"Omicron ini tinggi penularannya tapi keparahannya rendah karena sebagian besar adalah OTG, orang tanpa gejala atau asimptomatik atau dia sakitnya ringan. Jadi, mungkin hanya pilek, batuk, atau ada demam sedikit yang sebenarnya bisa sembuh tanpa perlu dibawa ke rumah sakit," jelas Menkes.

Selain itu, Menkes Budi menjelaskan kondisi perawatan kasus COVID-19 secara umum di Indonesia. Saat ini, ada 7.688 kasus yang dirawat di rumah sakit, baik isolasi maupun ICU, dari 35.704 kasus aktif.

Sementara, keterisian tempat tidur COVID-19 di Indonesia yang tersedia sebanyak 70.641. Dengan demikian, Budi menuturkan kapasitas perawatan pasien COVID-19 masih tekendali.

"Jadi ini baru sekitar 10 persen dari kapasitas tempat tidur isolasi kita. Pada saat kemarin di bulan Juli kita kan tinggi, tempat tidur isolasi kita tuh bisa dinaikkan sampai angka 120 ribu hingga 130ribu," ungkapnya.