Bagikan:

JAKARTA - Sistem pertahanan anti-serangan udara Suriah mengklaim berhasil mencegat serangan udara militer Israel di daerah Qusair, Provinsi Homs, menurut media Pemerintah Suriah Kamis 22 Juli waktu setempat.

Mengutip The Jerusalem Post, sumber militer Surah menyebut serangan kali ini menyebabkan beberapa kerusakan material. Namun, sumber tersebut juga menyebut tidak ada korban dalam serangan ini. Tidak ada komentar dari militer Israel mengenai hal ini.

Serangan ini merupakan yang kedua kalinya dalam kurun waktu empat hari, setelah sebelumnya Israel melakukan serangan udara pada Hari Senin lalu, di aman Suriah juga mengklaim berhasil mencegat serangan di Aleppo.

Di balik keberhasilan Suriah mencegat empat rudal jet tempur Israel, ada sistem pertahanan anti-serangan udara besutan Rusia. Sebagai salah satu sekutu Pemerintahan Bashar al-Assad, Rusia menempatkan pasukan hingga persenjataan buatannya di Rusia.

Wakil Kepala Pusat Rekonsiliasi Rusia dari Pihak-Pihak yang Berlawanan di Suriah Vadim Kulit mengungkapkan, sistem rudal Buk-M2E buatan Rusia dari tentara Suriah berhasil menghancurkan empat peluru kendali yang ditembakkan ke Provinsi Homs, Suriah oleh dua jet tempur F-16 Angkatan Udara Israel.

buk-m2e
Buk-M2E Rusia. (Wikimedia Commons/Vitaly V. Kuzmin)

"Dalam rentang 01:11 hingga 01:19 pada 22 Juli, dua jet tempur F-16 Angkatan Udara Israel melakukan serangan dengan empat peluru kendali di fasilitas di Provinsi Homs dari wilayah udara Lebanon," sebut Kulit dalam keterangannya seperti mengutip TASS Jumat 23 Juli.

"Keempat rudal itu dihancurkan oleh fasilitas pertahanan udara milik Suriah, dengan menggunakan sistem Buk-2ME buatan Rusia," lanjut Kulit.

Sementara dalam serangan Hari Senin di Aleppo, sistem pertahanan udara besutan Rusia sukses menjatuhkan tujuh dari delapan rudal jet tempur Israel. Kali ini, sistem pertahanan udara Pantsir-S serta Buk-M2 yang berhasil mencegat rudal jet tempur Israel.

Melansir CNBC, sejak perang dalam negeri pecah di Suriah tahun 2011, Rusia menjadi salah satu negara yang aktif menerjunkan pasukannya, untuk mendukung tentara rezim Bashar al-Assad, menghadapi pasukan anti pemerintah dan kelompok teroris ISIS.

Mengerahkan kekuatan darat, laut dan udara, Rusia disebut menampilkan intervensi militer yang efektif di Suriah. Dilansir DW.com dari Reuters, petinggi militer Amerika Serikat mengakui efisiensi ini.

pantsir-s
Pantsir-S1 Rusia. (Wikimedia Commons/Jovo Mamula)

"Tidak perlu diragukan lagi, posisi Presiden Suriah Bashar al-Assad kini lebih aman dibanding sebelumnya," sebut petinggi militer Amerika Serikat kepada Reuters. Juga posisi tawar menawar Rusia di meja perundingan internasional terkait konflik Suriah langsung melambung. Kini tidak mungkin ada solusi damai tanpa keterlibatan Moskow.

Yang menarik, intervensi militer di Suriah juga memberi kesempatan Rusia untuk menghabiskan amunisi lama era Uni Soviet, mengujicoba senjata baru dan seluruh data hasil peperangan, dianalisa untuk kemudian diintegrasikan pada taktik dan strategi militer terbaru.

"Rusia tidak membabi buta melancarkan operasi militer di Suriah. Mereka menarik keuntungan dari ongkos perang yang amat rendah," sebut seorang petinggi intelijen Amerika Serikat.

Untuk diketahui, Buk Missile System yang termasuk dalam sistem pertahanan anti-serangan udara jarak menengah yang didesain tahun 1972 dan mulai bertugas di lingkungan militer Rusia pada tahun 1980. Memiliki varian di darat dan laut (kapal perang), sistem ini memiliki banyak varian dan terus dikembangkan. Versi ekspor untuk Suriah adalah Buk-M2EK dengan sasis MZKT-6922 menggunakan roda ban, sama seperti untuk Venezuela.

Sementara, Pantsir-S merupakan pertahanan anti-serangan udara jarak menengah gerak sendiri yang didesain tahun 1990 dan mulai bertugas tahun 2012 lalu. Sama seperti Buk Missile System, Pantsir termasuk sistem pertahanan rudal permukaan ke udara. Bedanya, Pantsir juga bisa berperan sebagai sistem artileri anti-pesawat.