Krisis Ekonomi: Militer Lebanon Sewakan Helikopter untuk Tur Wisata, 15 Menit Rp2,1 Juta
Ilustrasi helikopter Robinson R-44. (Wikimedia Commons/Robert Frola)

Bagikan:

JAKARTA - Militer Lebanon menyewakan helikopter miliknya untuk wisatawan, alih-alih tugas militer, lantaran krisis ekonomi yang memukul Lebanon dan kesulitan memenuhi biaya pemeliharaan.

Krisis yang memukul Lebanon beberapa waktu belakangan memengaruhi berbagai sektor di negara tersebut, mulai dari ekonomi hingga energi. Bahkan, Bank Dunia menyebutnya sebagai salah satu krisis terburuk. 

"Perang yang kami hadapi adalah ekonomi dan karenanya membutuhkan cara yang tidak konvensional. Dan, ide yang kami miliki adalah melakukan tur helikopter," kata Kolonel Hassan Barakat, juru bicara militer melansir Reuters Jumat 9 Juli.

"Biaya perjalanan ini menjamin pemeliharaan penting pesawat," sambungnya, seraya menjelaskan tur dengan helikopter pelatihan Robinson R-44 dengan tarif 150 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp2.173.935 untuk penerbangan selama 15 menit.

Komandan Angkatan Darat Jenderal Joseph Aoun memperingatkan bulan lalu, krisis yang disebabkan oleh puluhan tahun korupsi dan pemborosan dalam pemerintahan, akan menyebabkan runtuhnya semua lembaga negara termasuk tentara, dengan gaji seorang tentara saat ini 90 dolar AS.

Lebanon
Ilustrasi krisis Lebanon. (Wikimedia Commons/Freimut Bahlo)

Sebagai penerima besar dukungan militer AS, tentara telah menopang stabilitas Lebanon sejak akhir perang saudara 1975-1990. Qatar mengumumkan minggu ini akan memberi tentara 70 ton makanan per bulan.

"Ini adalah pengalaman yang menyenangkan bagi anak-anak saya untuk melihat Lebanon dan pantai Lebanon yang indah dari udara," kata Adib Dakkash, wisatawan yang berkunjung dari Swiss.

"Saya lebih suka menghabiskan 150 dolar AS agar helikopter tentara terus beroperasi, sehingga pilot dan perwira terus terbang, daripada menghabiskannya di restoran, untuk makanan atau hal-hal yang tidak berarti," sambungnya.

Lebanon menderita dari apa yang oleh Bank Dunia digambarkan sebagai salah satu depresi terdalam dalam sejarah moderen. Mata uang Lebanon telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya dalam waktu kurang dari dua tahun, dengan lebih dari setengah populasinya telah tenggelam dalam kemiskinan.

lebanon
Ilustrasi Beirut, Lebanon. (Wikimedia Commons/Vyacheslav Argenberg)

Terpisah, mengutip Al Jazeera, Lebanon terancam menghadapi ledakan sosial, dengan Perdana Menteri Hassan Diab menyerukan bantuan internasional terhadap negaranya yang tengah dalam krisis ekonomi.

"Lebanon tinggal beberapa hari lagi dari ledakan sosial. Lebanon menghadapi nasib kelam ini sendirian," kata Diab dalam pidatonya pada pertemuan dengan para duta besar dan perwakilan misi diplomatik di Beirut pekan ini.

Dia mendesak negara-negara sahabat untuk memberikan bantuan meskipun tidak ada pemerintahan baru, dengan mengatakan hubungan bantuan dengan reformasi sistem yang sangat korup, telah menjadi ancaman bagi kehidupan orang Lebanon dan bagi stabilitas negara.

"Saya memohon melalui Anda kepada raja, pangeran, presiden dan pemimpin negara-negara persaudaraan dan sahabat, dan saya menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa dan semua badan internasional, komunitas internasional, dan opini publik global untuk membantu menyelamatkan Lebanon dari kematian dan mencegah kematian. Kematian Lebanon," serunya kepada para diplomat.

Diab juga mengatakan hanya kabinet baru yang bisa memulai kembali pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).

"Pemerintah ini tidak berhak melanjutkan negosiasi dengan IMF untuk melaksanakan rencana pemulihan yang ditetapkan oleh kabinet, karena ini memerlukan kewajiban pada pemerintah berikutnya yang mungkin tidak akan disetujuinya," pungkasnya.