Bagikan:

JAKARTA - Tak banyak yang tahu bahwa setiap tanggal 7 Juli kita bisa merayakan Hari Cokelat Sedunia. Peringatan ini adalah penghargaan khusus untuk penemuan kuliner terbesar umat manusia ini.

Cokelat diketahui dapat menjadi makanan penutup paling mewah. Cokelat juga dapat dinikmati bahkan tanpa harus diolah menjadi hidangan olahan. Beberapa batang cokelat paling populer biasanya polos dan sederhana.

Mengutip Days of The Year, sekitar 2.500 tahun lalu, Suku Aztec menemukan cokelat cair dan mereka langsung menyukainya. Mereka percaya cokelat itu dianugerahkan oleh dewa kebijaksanaan, Quetzalcoatl kepada mereka.

Saat itu cokelat masih terasa pahit karena belum ada penambahan gula. Cokelat mulai jadi hidangan manis ketika sampai di Eropa abad ke-16. Sejak itu cokelat populer dan jadi salah satu dari banyak camilan favorit.

Banyak perusahaan cokelat masa kini mulai beroperasi pada abad ke-19 dan awal abad 20. Cadbury memulai operasinya di Inggris pada 1868. 25 tahun kemudian Milton S. Hershey membeli peralatan pemrosesan cokelat.

Alat-alat itu ia angkut dari Pameran Kolumbia Dunia di Chicago. Milton berkembang jadi salah satu pencipta cokelat terbesar di dunia. Ia memulai perusahaan dengan memproduksi karamel berlapis cokelat.

Milton S. Hershey (Sumber: Commons Wikimedia)

Nestlé memulai olahan cokelat pada 1860-an dan tumbuh jadi salah satu konglomerat makanan terbesar dunia. Pada 2009, Hari Cokelat Dunia mulai diperingati setiap tanggal 7 Juli

Tidak jelas siapa yang mencetuskan adanya Hari Cokelat Sedunia. Namun tanggal 7 Juli dipilih karena pada tanggal ini di tahun 1550 cokelat pertama kali dibawa ke Eropa.

Bagi pencinta cokelat, Hari Cokelat Sedunia mungkin akan sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, untuk memperingati hari ini cukup dengan berbelanja cokelat atau mengonsumsi cokelat.

Agar lebih spesial, mungkin juga saling tukar kado cokelat. Rasa cokelat pasti menjadi favorit karena bisa dijadikan kue, topping, makanan penutup, permen, es krim, dan banyak lagi.

Cokelat sebagai uang

Melansir Science, sebuah studi mengungkap cokelat pernah dijadikan uang pada puncak kemewahan Suku Maya. David Freidel, seorang antropolog dari luar penelitian mengatakan penemuan tersebut masuk akal karena pada masa itu cokelat adalah makanan bergengsi.

Bangsa Maya kuno tidak pernah menggunakan koin sebagai uang. Sebaliknya. Seperti banyak peradaban awal, mereka melakukan barter atau memperdagangkan barang-barang, seperti tembakau, jagung, dan pakaian.

Catatan kolonial Spanyol abad 16 menunjukkan orang Eropa menggunakan biji kakao —bahan dasar untuk cokelat— untuk membayar pekerja. Tetapi tidak jelas apakah kakao mata uang utama sebelum kedatangan mereka.

Cokelat juga terbukti diterima secara luas sebagai pembayaran untuk barang atau jasa daripada barter. Suku Maya biasanya mengkonsumsi kakao sebagai minuman panas, disajikan dalam cangkir yang terbuat dari tanah liat.

Biji cokelat (Sumber: Wikimedia Commons)

Salah satu gambaran paling awal soal cokelat sebagai alat tukar ditoreh dalam lukisan yang dibuat pertengahan abad ke-7. Dalam lukisan dinding yang dipajang di piramida tampak seorang wanita.

Wanita itu berada di pasar sentral dekat perbatasan Guatemala. Ia juga terlihat menawarkan semangkuk cokelat panas pada seorang pria sebagai imbalan atas adonan tamale yang ia dapatkan.

Temuan lain menunjukkan cokelat yang dibentuk seperti koin, yakn biji kakao yang difermentasi dan dikeringkan. Joanne Baron, arkeolog dari Bard Early College Network, mendokumentasikan sekitar 180 adegan berbeda pada keramik dan mural dari sekitar 691 M hingga 900 M.

Dokumentasi itu menunjukkan komoditas yang dikirim kepada para pemimpin Maya sebagai upeti atau semacam pajak. Barang-barang, seperti tembakau dan biji-bijian jagung diberikan sebagai penghormatan.

Meski begitu barang-barang yang paling banyak muncul dalam dokumentasi itu adalah potongan-potongan kain tenun dan tas. Barang-barang itu diberi label jumlah biji kakao kering.

Baron yakin Raja Maya menggunakan kakao dan kain tenun sebagai pajak. Baron yakin terdapat fakta bahwa Raja Maya mengumpulkan kakao dan kain tenun sebagai pajak.

“Mereka mengumpulkan kakao jauh lebih banyak daripada yang dikonsumsi di istana,” katanya Baron, dikutip Rabu, 6 Juli.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya