Bagikan:

JAKARTA - Pada 23 Juni 2018, seorang pemuda yang juga pelatih tim sepak bola junior, Wild Boars mengajak tim kesayangannya itu menelusuri sebuah gua. Rencananya satu jam. Mereka tak sadar akan terjebak di gua itu selama lebih dari dua minggu.

Sang pelatih, Ekkapol Chantawong mengajak timnya menjelajah Gua Tham Luang ketika hujan muson melanda. Pelatih dan 12 pemain berusia 11-16 tahun terjebak di bawah tanah dan pintu masuk gua banjir.

Mereka hanya membawa tali, senter, dan beberapa baterai. Tanpa air atau makanan. Melansir BBC, Gua Tham Luang mengular sejauh 10 kilometer di bawah pegunungan tertutup awan yang memisahkan Thailand dan Myanmar.

Tham Luang adalah gua terbesar keempat di Thailand. Banyak orang-orang yang hilang di Tham Luang sebelumnya. Begitu musim hujan dimulai pada Juli, gua berubah, dari tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya.

Pusat evakuasi Gua Tham Luang (Sumber: Commons Wikimedia)

Gua ini bisa banjir hingga 5 meter selama musim hujan dan hanya boleh dimasuki antara November dan April. "Ketika kami masuk dan terjebak di dalam gua, pada saat itu, kami melihat air. Penuh dengan air," kata Pelatih Ek, kepada ABC News.

"Saya kemudian mengajukan diri menyelam untuk mengetahui apakah saya bisa melewatinya atau tidak. Jika saya bisa melewatinya maka semua orang selamat. Jadi, kami menggunakan tali yang kami bawa."

Situasi yang dihadapi Ek dan Wild Boars

Wild Boars dan pelatihnya berada di area berbatu sekitar 4 kilometer dari pintu masuk gua. Ditelan oleh gua dan dikelilingi kegelapan, anak-anak dan pelatih menghabiskan waktunya di sana.

Mereka terus menanamkan tekad bertahan hidup. Mereka menggunakan batu-batuan kecil untuk membuat sebuah tempat meringkuk bersama dan tetap hangat.

Sang pelatih, yang merupakan mantan biksu mengajari anak-anak untuk melakukan meditasi. Meditasi membantu mereka tetap tenang dan menggunakan udara sesedikit mungkin.

Mereka juga berbaring diam untuk menghemat kekuatan. Sementara di luar gua, operasi penyelamatan besar-besaran dengan cepat berlangsung. Tim gabungan dikerahkan.

Operasi penyelamatan heroik

Penyelamat dalam operasi penyelamatan (Sumber: Commons Wikimedia)

Pihak berwenang memanggil segel elite Angkatan Laut Thailand, polisi nasional, dan tim penyelamat lainnya. Relawan lokal juga ikut turun tangan. Menjelajahi gua adalah sebuah tantangan karena sebagian besar penyelam Angkatan Laut memiliki sedikit pengalaman menyelam di gua.

Selain itu hujan deras yang terus mengguyur membuat permukaan air terus naik, membanjiri kamar-kamar gua dan menunda beberapa proses penyelamatan. Tim penyelamat juga mencoba mengebor lereng gunung, mencari celah yang bisa dimasuki.

Mereka juga menggunakan drone dengan sensor termal untuk mencoba menemukan Ek dan Wild Boars yang terjebak. Tim penyelamat internasional kemudian dilibatkan sejak Kamis, 28 Juni. Mereka adalah tim penyelamat Angkatan Udara AS dan penyelam gua dari Inggris, Belgia, dan Australia.

Selain itu negara-negara Skandinavia dan banyak negara lain juga turut membantu. Beberapa telah mengajukan diri dan beberapa dipanggil oleh otoritas Thailand, hingga akhirnya pada 2 Juli 2018, salah seorang penyelam asal Inggris berhasil menemukan titik anak-anak itu berada.

Meski demikian, evakuasi tak dapat langsung dilakukan karena berbagai kendala. Di antaranya adalah mereka yang terjebak tidak bisa berenang. Sementara tak ada pilihan lain untuk keluar selain menyelam. Pada 8 Juli 2018, evakuasi benar-benar dilakukan.

Penyelamat dalam operasi penyelamatan (Sumber: Commons Wikimedia)

Mereka yang diselamatkan menggunakan pakaian selam, jaket apung, dan oksigen. Para penyelam menggambarkan evakuasi tersebut bagai "pembawaan paket." Mereka yang dibawa keluar sebelumnya diberi anestesi ketamin, membuat mereka tidak sadarkan diri dan mencegah kepanikan.

Mereka juga diberi obat anti-kecemasan dan obat atropin untuk menstabilkan detak jantung. Evakuasi dilakukan bertahap. Dan pada 10 Juli semua anak-anak dan pelatih yang terjebak berhasil dievakuasi. Dalam proses penyelamatan ini, salah satu penyelamat meninggal dunia.

Saman Kunan (Sumber: Commons Wikimedia)

Pada 5 Juli 2018, pukul 20:37, Saman Kunan yang merupakan mantan anggota Angkatan Laut Thailand berusia 37 tahun melakukan penyelaman untuk mengirimkan tiga tangki oksigen.

Saat kembali, dia kehilangan kesadaran di bawah air. Teman-teman penyelamnya mencoba CPR namun tidak berhasil. Kunan dinyatakan meninggal sekitar jam 1 pagi pada 6 Juli 2018.

Diundang berbagai acara

Kisah Wild Boars dan pelatihnya menarik perhatian dunia internasional. Mereka yang terjebak di dalam gua selama dua minggu lebih menjadi gambaran tekad hidup dan keajaiban.

FIFA sempat mengundang Wild Boars dan pelatihnya untuk menyaksikan langsung final Piala Dunia 2018. Namun karena mereka harus menjalani perawatan intensif, mereka hanya menyaksikan final Piala Dunia lewat TV.

Selain itu FC Barcelona mengundang mereka untuk bermain di turnamen akademi internasional pada 2019. Barcelona juga memberi tempat untuk mereka menonton pertandingan tim di Camp Nou.

Pada Oktober 2018, Wild Boars melakukan perjalanan ke Inggris sebagai tamu di Old Trafford. Kala itu Manchester United melakoni pertandingan kandang melawan Everton. Selain itu mereka juga diundang ke upacara pembukaan Olimpiade Pemuda Musim Panas 2018 di Buenos Aires, Argentina.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya