Bagikan:

JAKARTA - Cokelat sering kali menjadi sajian wajib pada perayaan tertentu. Penyajian cokelat pada berbagai perayaan tersebut ternyata sarat akan makna yang kuat.

Cokelat merupakan makanan yang diambil dari hasil olahan biji kakao, yang sudah tumbuh sejak ribuan tahun lalu. Rasa cokelat yang manis dan legit membuat banyak orang sulit melewatkannya.

Dikutip dari laman Fauchon, jika merujuk pada kepercayaan suku Aztec dan Maya, cokelat dianggap sebagai simbol dari kemuliaan. Pada awal pemanfaatannya, suku Aztec dan Maya hanya mengolah biji kakao dengan mencampurkannya ke dalam air.

Pada abad ke-16, orang Eropa baru menemukan cara untuk mengolah cokelat dengan lebih sempurna. Dengan menambahkan vanila, gula, hingga berbagai rempah untuk memperkaya rasanya.

Penemuan tersebut menjadi awal munculnya cokelat modern dengan berbagai gaya, isian, hingga topping berbeda. Rasa manis yang khas dari cokelat juga disimbolkan sebagai tanda cinta.

Hal tersebut membuat cokelat sering digunakan pada perayaan Hari Kasih Sayang atau Valentine Day. Saat Valentine, seseorang biasanya memberikan cokelat pada orang tersayang, baik pasangan, keluarga, hingga teman dekat.

Tak hanya itu, cokelat juga identik dengan berbagai upacara dan tradisi keagamaan. Salah satunya pada tradisi kalender Advent menjelang Natal.

Untuk membuat anak-anak antusias menyambut Natal, para orangtua biasanya mengajak mereka bermain di dalam rumah untuk mencari cokelat agar mereka merasa lebih gembira.

Ini sama hanya dengan sejarah Yule log, yang mengingat kayu bakar sebagai penghangat di rumah. Bentuk batang kayu tersebut sering dibuat replikanya menjadi kue berlapis cokelat, yang identik disajikan saat Natal.

Di masa lampau, cokelat juga tak hanya sekedar makanan perayaan penuh makna, tetapi pernah diandalkan sebagai mata uang. Cokelat sebagai mata uang ini berlangsung pada kebudayaan Mesoamerika, dilansir dari Lift Chocolates.