JAKARTA - Pada 6 Juli 1935, pemimpin politik Tibet, Dalai Lama lahir ke dunia. Dalai Lama jadi tokoh perjuangan kemerdekaan Tibet dan negara demokratis lain dari China. China memiliki sentimen tinggi terhadap Dalai Lama. Hingga kini Dalai Lama diasingkan di India. Keberadaannya juga 'diganggu'.
'Dalai Lama' adalah sebutan gelar. 'Dalai' berarti 'lautan' dalam bahasa Mongolia. Sementara 'Lama' adalah padanan dari kata Sansekerta untuk 'guru' atau guru spiritual.
Jika digabungkan, gelar Dalai Lama secara harfiah adalah 'Guru Laut', yang berarti "guru spiritual sedalam lautan." Ia memiliki nama lahir Lhamo Dhondup dan juga memiliki nama Tenzin Gyatso.
Dalai Lama diyakini sebagai reinkarnasi Avalokitesvara, dewa Buddha yang yang melambangkan welas asih. Dalai Lama juga dianggap makhluk tercerahkan.
Dalai Lama konon menunda kehidupan setelah kematiannya sendiri. Ia memilih terlahir kembali untuk memberi manfaat bagi umat manusia.
Dalai Lama ambil alih kekuasaan di usia muda
Dalai Lama mengambil alih kekuasaan politik penuh pada 1950, tepatnya saat ia berusia 15 tahun. Namun, kepemimpinannya singkat karena pada Oktober tahun itu Republik Rakyat China menginvasi Tibet dengan sedikit perlawanan.
Tidak tinggal diam. Pada 1954 Dalai Lama pergi ke Beijing untuk melakukan pembicaraan damai dengan pemimpin China Mao Zedong. Namun pada 1959, penindasan terhadap rakyat Tibet terus dilakukan oleh pasukan China.
Hal tersebut menyebabkan pemberontakan rakyat Tibet. Dalai Lama dan penasihat terdekatnya percaya pemerintah China berencana membunuhnya.
Dalai Lama dan beberapa ribu pengikutnya melarikan diri ke Dharamshala di India utara dan mendirikan pemerintahan alternatif. Pemerintah China menganggap Dalai Lama sebagai simbol gerakan keagamaan yang usang dan tidak sejalan dengan filosofi komunis.
Pemerintah China juga menuduh Dalai Lama adalah seorang separatis dan pengkhianat karena mendukung pemerintahan sendiri di Tibet. Dalai Lama juga dicap sebagai teroris karena menghasut adanya pemberontakan di Tibet.
Konflik dengan China
Sejak invasi China, Dalai Lama mengambil banyak tindakan dengan harapan dapat mendirikan negara Tibet yang otonom di dalam Republik Rakyat China. Pada 1963, ia mengeluarkan rancangan konstitusi untuk Tibet.
Konstitusi itu berisi sejumlah reformasi untuk mendemokratisasikan pemerintah. Dalai Lama ingin masyarakat Tibet memiliki kebebasan bicara, berkeyakinan, berkumpul, dan bergerak.
Mengutip Biography, selama 1960-an, Badan Intelijen Pusat (CIA) mendanai dan melatih pasukan Tibet untuk melawan invasi dan pendudukan China. Dalai Lama juga memberi pengetahuan dan dukungan pada pasukan Tibet.
Namun program itu gagal. Ribuan nyawa hilang dalam perlawanan yang dianggap taktik Perang Dingin dari Amerika Serikat untuk menantang legitimasi pemerintah China di wilayah tersebut.
[LIFESTYLE: Dalai Lama Rilis Album Musik Pertama Berjudul Inner World dan Merapal Mantra Tujuh Buddha di Dalamnya]
Pada September 1987, Dalai Lama mengusulkan Rencana Perdamaian Lima Poin untuk Tibet. Hal itu merupakan langkah pertama untuk berdamai dengan pemerintah China dan mengakhiri situasi yang bergejolak.
Rencana tersebut mengusulkan agar Tibet menjadi tempat perlindungan, di mana orang-orang yang tercerahkan dapat hidup dengan damai dan lingkungan dapat dilestarikan. Dalai Lama membicarakan hal itu kepada anggota Parlemen Eropa di Strasbourg, Prancis pada 15 Juni 1988.
Di sana, Dalai Lama mengusulkan pembicaraan antara China dan Tibet yang akan mengarah pada entitas politik demokratis yang berpemerintahan sendiri untuk Tibet. Entitas tersebut akan dikaitkan dengan Republik Rakyat China dan pemerintah China bertanggung jawab atas kebijakan luar negeri dan pertahanan Tibet.
'Meniadakan' Dalai Lama
Pada 1991, pemerintah Tibet di pengasingan menyatakan Proposal Strasbourg tidak valid karena sikap negatif kepemimpinan China terhadap proposal tersebut. Dalai Lama terus dianggap sebagai orang yang hendak memecah China bahkan mendapat julukan "serigala berjubah biksu."
Mesin pencarian di China bahkan memblokir kata 'Dalai Lama.' China benar-benar tidak ingin mengakui Dalai Lama dan akan terus mempertahankan Tibet di bawah pemerintahan China.
Pada 2011, Dalai Lama melepaskan kekuasaan duniawi dan hanya mempertahankan peran agama. Bahkan tidak membantu dalam mengubah sikap pemerintah China.
Pada 2017, Administrasi Tibet Pusat mengumumkan Visi Lima-Lima Puluh yang bertujuan menyelesaikan masalah Tibet dalam lima tahun ke depan. Di saat yang sama mereka mempertahankan dan memperkuat ketahanan pemerintah dan penduduk Tibet serta gerakan kebebasan Tibet dan identitas budaya unik rakyat Tibet untuk 50 tahun ke depan sesuai kebutuhan.
Namun sayang, langkah itu tak lagi terdengar gaungnya. Secara keseluruhan, gerakan Tibet untuk memperoleh kemerdekaan dan otonomi di China tidak berkembang.
Pemerintah China juga mengubah polanya dalam menghadapi Dalai Lama. Awalnya dikatakan bahwa Dalai Lama harus menerima bahwa Tibet adalah bagian dari China. Sekarang, pemerintah China mengatakan Dalai Lama sendiri menerima bahwa Tibet menjadi bagian dari China sejak dahulu.
China semakin gencar menghilangkan pengaruh Dalai Lama di Tibet. Mengutip artikel BERNAS berjudul Cerita Jurnalis Dunia Ikut Tur Pemerintah China ke Tibet: Ada Aroma Pengikisan Pengaruh Dalai Lama, China sempat merekayasa sebuah kunjungan kelompok jurnalis Barat.
Berbagai alat propaganda seperti spanduk, gambar-gambar, pesan-pesan dari Presiden China Xi Jinping tersebar di berbagai penjuru Tibet. Xi Jinping mencoba menghapus pengaruh Dalai Lama dari Tibet.
Pemerintah China juga mengalokasikan miliaran dolar untuk pembangunan jalan, sistem kelistrikan, bandara, kereta api, sekolah, hingga program-program peningkatan harapan hidup lain. "Tibet telah memberantas kemiskinan ekstrem."
"Rakyat sekarang menjalani kehidupan yang lebih baik dan hidup dalam kepuasan. Sebuah bentuk sosialis baru di Tibet telah mendapatkan bentuknya," laporan pemerintah China pada 2019 tentang Tibet.
*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.