Vietnam Utara dan Selatan Bersatu Setelah 20 Tahun Berperang dalam Sejarah Hari Ini, 2 Juli 1976
Ilustrasi foto (Sumber: Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Pada 2 Juli 1976, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan resmi bersatu kembali dan menjadi Republik Sosialis Vietnam. Kedua pihak bersatu sebagai satu negara setelah lebih dari 20 tahun berperang.

Dengan berdirinya Vietnam sebagai satu negara, Hanoi dipilih sebagai ibu kota negara. Radio Hanoi mengatakan para pemimpin Republik Sosialis Vietnam telah dipilih di Majelis Nasional melalui pemungutan suara rahasia.

Mengutip New York Times, berdasar pengamatan radio, gemuruh tepuk tangan menyambut pengumuman unifikasi di Majelis dengan 492 anggota. Bendera, lagu, dan lambang Vietnam Utara disetujui jadi simbol negara.

“Halaman baru sejarah Vietnam telah dibuka,” kata siaran itu.

“Pada saat ini, 8.30 pagi pada 2 Juli 1976, bangsa Vietnam secara resmi dianggap sebagai negara yang bersatu dari Cao Lang sampai Cau Mau.”

Cao Lang adalah titik paling utara dari Vietnam Utara dan Cau Mau adalah semenanjung paling selatan dari bekas Vietnam Selatan. Pengumuman reunifikasi resmi adalah sesuatu yang antiklimaks.

Hanoi dan Saigon, setahun sebelumnya telah menggambarkan Vietnam sebagai satu negara. Tetapi kedua belah pihak mempertahankan mesin dan pemimpin pemerintah yang terpisah.

Seperti yang diperkirakan banyak pengamat Barat, semua jabatan tinggi jatuh ke tangan para pemimpin Vietnam Utara daripada mereka yang di Selatan. Namun pengecualian bagi Nguyen Huu Tho.

Nguyen Huu Tho adalah mantan presiden Pemerintahan Revolusioner Sementara Vietnam Selatan. Ia diangkat sebagai salah satu dari dua Wakil Presiden. Seorang lainnya, yang menjadi wakil presiden adalah Nguyen Luong Bang, Wakil Presiden Vietnam Utara sejak 1969.

Jabatan Presiden yang sebagian besar bersifat seremonial diberikan kepada Ton Duc Thang yang merupakan mantan kepala negara Vietnam Utara dan yang berusia 88 tahun saat itu. Pham Van Dong, seorang administrator dan diplomat yang terampil, mempertahankan gelarnya sebagai Perdana Menteri.

Terbaginya Vietnam

Bendera Vietnam (Sam William/Unsplash)

Mengutip Vietnam the Art of War, Hồ Chí Minh mendeklarasikan kemerdekaan Vietnam pada 2 September 1945. Dalam Deklarasi kemerdekaannya, ia menguraikan hak orang Vietnam untuk “hidup, bebas, dan mengejar kebahagiaan.”

Dia mengusulkan kebebasan Vietnam dari pendudukan Jepang selama Perang Dunia II dan kolonialisme Prancis. Dengan melakukan itu, ia juga mengumumkan pembentukan Republik Demokratik Vietnam. 

Kemerdekaan semakin menjadi impian ketika Prancis kalah di Dien Bien Phu. Namun akibat Perjanjian Jenewa pada 1954, Vietnam justru terbagi dua.

Prancis menarik pasukan mereka dari Vietnam Utara dan organisasi Liga Kemerdekaan Vietnam atau Viet Minh menarik pasukan mereka dari Selatan. Deklarasi terkait menyatakan bahwa setelah penarikan pasukan, pemilihan akan diadakan untuk reunifikasi negara.

Ketentuan ini tidak pernah disetujui oleh Vietnam Selatan atau Amerika Serikat (AS) dan pemilihan reunifikasi tidak pernah diadakan. Vietnam Selatan menyatakan kemerdekaan secara efektif sejak Mei 1954 dan Ngo Dinh Diem mendeklarasikannya sebagai republik setelah ia menjadi presiden melalui pemilihan pada 1955.

Hal ini membuat Vietnam Utara tidak senang dan menimbulkan peperangan. Vietnam Selatan saat itu sangat didukung oleh AS, yang melihatnya sebagai benteng melawan komunisme.

Sementara China dan Uni Soviet menjadi pendukung utama Vietnam Utara dengan memberikan bantuan militer dan keuangan skala besar. Kedua negara adidaya komunis telah bersaing satu sama lain untuk membuktikan "hubungan sosialis persaudaraan" mereka dengan rezim di Hanoi.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI lainnya