Bagikan:

JAKARTA - Dari sekian banyak perang yang melibatkan Amerika Serikat (AS) di muka bumi ini, tak ada yang lebih petaka daripada perang Vietnam. Perang ini merupakan kesalahan terbesar AS. Melihat kembali fakta-fakta penting perang Vietnam, termasuk rahasia Taktik Dau Tranh yang menghabisi AS beserta mimpi-mimpi kedigdayaan mereka.

Jenderal Westmoreland menyebut kekalahan AS sebagai dosa tak terelakkan Presiden Lyndon Johnson. Johnson disebut lamban dan setengah-setengah sebab hanyut dalam opini masyarakat AS yang kala itu menentang perang.

Selain Johnson, Westmoreland juga menyinggung peran media merecoki agenda perang yang baginya penuh dengan manuver-manuver pemutarbalik fakta di balik menguatnya narasi anti-perang di tengah masyarakat AS.

Perang Vietnam memang berdampak luar biasa bagi AS. Dikutip artikel majalah Tempo terbitan Februari 1991 berjudul Perang Vietnam: Mengapa Amerika, setidaknya 57.939 warga AS tewas dan hilang dalam perang tersebut.

Mereka yang tewas didominasi oleh anak-anak muda, generasi penerus berusia rata-rata 19 tahun. Dikutip dari buku Richard Nixon and the Vietnam War: The End of the American Century (2016) karya David F. Smith, kegagalan perang yang menghabisi tunas-tunas generasi bangsa itu menyeret AS keluar dari mimpi mereka mewujudkan "American Century" alias "Abad Amerika".

Tentara AS di Vietnam (Sumber: Commons Wikimedia)

Iya, AS datang ke Vietnam dengan hasrat besar menularkan etika liberal mereka. Alih-alih menularkan liberalisme dan menangkal paham totaliter, AS justru mengalami nasib sebaliknya. Vietnam kala itu justru dikuasai oleh Vietnam Utara yang komunis.

George Ball, tokoh senior Departemen Luar Negeri AS di masa Presiden Kennedy dan Johnson menyebut perang itu sebagai kesalahan terburuk yang dibuat AS dalam sejarah. Hasil jajak pendapat tahun 1980 yang melibatkan tentara AS sekaligus penyintas perang Vietnam menitikberatkan kesalahan pada para pemimpin politik negeri.

Lebih 82 persen dari mereka percaya kekalahan itu terjadi karena para politikus terlalu lamban dan lembek untuk melancarkan peperangan. Kembali ke Westmoreland. Dalam buku catatan, Westmoreland --yang memimpin pasukan di Vietnam sepanjang periode 1965-1968 merinci hal-hal yang menyebabkan kekalahan AS dari Vietnam.

Jenderal Westmorelan dan Presiden Johnson (Sumber: Commons Wikimedia)

Pertama, karena para politikus --yang kerap kali merujuk spesifik pada sosok Presiden Johnson-- menolak usul penyerbuan tentara Vietnam Utara ke tempat perlindungan di Laos dan Kamboja. Westmoreland juga berpendapat AS setengah-setengah, terbukti dengan tidak memadainya perlengkapan sekutu AS, Vietnam Selatan.

Dua pendapat lain sudah dikemukakan di atas, mengenai media massa dan opini publik anti-perang. Tak hanya Johnson. Westmoreland juga menyalahkan Presiden Nixon dan penasihat keamanan nasionalnya, Henry Kissinger.

Keduanya dianggap blunder karena melepaskan rezim Vietnam Selatan lewat persetujuan gencatan senjata 1973. Persetujuan itu yang dikatakan Westmoreland memberi ruang bagi pasukan Vietnam Utara bertahan di wilayah Vietnam Selatan.

"Ini pelajaran. Janganlah mengirim anak-anak muda ke medan perang jika bangsanya sendiri tak mendukungnya," tutur Westmoreland.

Medan perang tak terduga

Tentara AS di Vietnam (Sumber: Commons Wikimedia)

Sikap para politikus, bagaimanapun, jauh lebih terprediksi ketimbang medan perang itu sendiri. Brigadir Jenderal Robert Montague berkomentar banyak soal kesalahan-kesalahan AS di lapangan. Montague yang kali pertama mengunjungi Vietnam di awal tahun 60-an menyebut kesalahan utama AS adalah memasang unit konvensional.

Unit itu pernah digunakan dan berhasil memukul mundur Rusia di Eropa Barat, memang. Tapi, Vietnam berbeda. Dari segi medan, Vietnam dipenuhi hutan dan persawahan. Dari sisi prajurit, tentara Vietkong, dalam gerilyanya kerap membuat AS terkelabui karena penampilan yang tak berbeda dengan petani biasa.

Laksamana Thomas H. Moorer menambahkan, dari lokasi perang saja sudah salah. Sesederhana itu. "Seharusnya kita berperang di Utara, tempat semua jelas musuh. Jadi tak ada kekhawatiran menembak rakyat sipil. Di Selatan, kita harus berhadapan dengan wanita yang menyimpan granat di balik kutang atau popok bayinya," tutur dia.

Tentara sekutu, Vietnam Selatan (Sumber: Commons Wikimedia)

Pendapat akademis pengajar di Army War College, Kolonel Harry G. Summers menyebut ada kegagalan strategi yang berdampak besar bagi operasi AS di Vietnam. Summers yang juga terjun ke peperangan dan memimpin batalyon menyebut pengejaran tentara Vietkong sebagai salah satu yang paling berpengaruh.

Tentara AS terpancing dengan strategi Vietnam menyebar para tentara Vietkong yang disengaja untuk mengimpit kekuatan AS. Dengan kata lain, pengejaran itu membuat tentara AS mengalami keletihan yang sia-sia. "(AS) Seperti banteng yang memainkan kain matador. Bukan sebaliknya," kata Summers.

Taktik Dau Tranh

Panglima tertinggi militer Vietnam Utara, Vo Nguyen mengakui AS jauh lebih unggul dari segi pasukan. Namun AS gagal memahami kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Vietnam Utara, hampir valid adalah pemenang dari sisi strategi dalam peperangan yang berlangsung November 1955 sampai 30 April 1975 itu.

Ada salah satu strategi paling dikenal yang diterapkan Vietnam Utara dalam perang melawan AS. Strategi itu disebut "Taktik Dau Tranh", yaitu penggunaan manusia sebagai alat perang.

"Mistik yang mengelilinginya meliputi organisasi, mobilisasi, dan motivasi orang-orang. Kekerasan juga diperlukan tapi bukan itu tujuannya," Vo Nguyen, dikutip Daily Beast edisi 18 November 2017.

Dirangkum dari BBC, taktik Dau Tranh melibatkan tiga cara khusus, yakni pembunuhan, propaganda, dan perang gerilya. Ketiga cara itu dipadukan dengan operasi militer konvensional. Ada sebuah akronim yang disebut PEG (peasants, enemy, guerilla).

"Peasant" berarti petani. Tentara Vietkong mendekati para petani agar mendukung mereka. Para petani itu dibutuhkan dalam operasi untuk memenuhi pasokan makanan para tentara Vietkong. Tak cuma itu, para petani juga dimanfaatkan rumah-rumah dan desanya untuk perlindungan dan tempat sembunyi.

Tentara AS di rumah warga Vietnam (Sumber: Commons Wikimedia)

Yang kedua, "enemy", yaitu propaganda Vietkong untuk mendoktrinasi para petani. Mereka diberitahu bahwa AS dan Vietnam Selatan akan mengambil sawah-sawah mereka. Vietkong juga menanamkan pengetahuan bahwa AS adalah negeri penjajah, seperti Prancis, namun dengan uang yang lebih banyak dan persenjataan lebih baik.

Dendam kesumat masyarakat Vietnam pada penjajahan Prancis di tahun 1887 memuluskan propaganda anti-penjajahan. Selain itu, Vietkong juga melancarkan narasi serangan kepada politikus Vietnam Selatan dengan menyebut mereka sebagai boneka AS. Narasi itu disambut baik, mengingat rezim Vietnam Selatan yang korup dan jauh dari kaum tani.

Propaganda lewat "enemy" ini amat membantu Vietnam Utara. Dan mereka hebat dalam hal ini. Dari penamaan, misalnya. Vietkong diambil dari akronim "Vietnam Cong-san" yang berarti komunis Vietnam, istilah yang digunakan AS untuk Front Pembebasan Nasional (NLF) yang dibentuk dengan dukungan Vietnam Utara.

Strategi ketiga adalah "guerilla"  atau gerilya. Dalam peperangan ini Vietkong hanya beradu di medan tempur yang bisa mereka menangkan. Vietkong tahu betul kekuatan dan kelemahan diri sendiri.

Mereka hanya dipersenjatai tombak, pedang, dan peledak yang diambil dari tentara AS. Peledak-peledakan itu digunakan untuk menyergap patroli tentara AS. Selain itu, tentara Vietkong juga membuat jebakan-jebakan dari bambu runcing, ranjau, granat, dan peluru.

Vietkong juga sengaja tak menggunakan seragam agar dapat membaur dengan masyarakat sipil, terutama kaum tani. Selain kaum tani, tentara Vietkong juga diisi oleh para kuli angkut dan pekerja bangunan. Adapun agen-agen pemberi informasi mereka adalah para pekerja di pangkalan Angkatan Darat AS dan Vietnam Selatan.

Seperti yang dikatakan propagandis komunis: Kekuatan massa yang digerakkan partai terbukti jauh lebih efektif daripada kekuatan militer konvensional yang dibawa tentara Negeri Paman Sam.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Yudhistira Mahabharata.

MEMORI Lainnya