Aib Pasukan Militer Amerika dalam Peristiwa Pembantaian My Lai Vietnam
Monumen Pembantaian My Lai Vietnam (Commons Wikimedia)

Bagikan:

JAKARTA - Malam itu, sebelum penyerbuan, Komandan Kompi C Pasukan Amerika Serikat Ernest Medina melakukan briefing. Tidak terlalu jelas perintahnya apa. Para prajurit buta arah mengenai apa yang harus mereka lakukan apabila menemukan orang sipil di dusun My Lai. Padahal tujuan mereka satu: menghancurkan gerilyawan Angkatan Bersenjata Pembebasan Rakyat dari Front Nasional untuk Pembebasan Vietnam (FNPV).

Pagi harinya, satu peleton pasukan Amerika yang dipimpin oleh Letnan Willian Calley memasuki dusun My Lai yang diduga menjadi sarang FNPV. Saat pasukan datang, para penduduk mulai dari anak-anak, pemuda, dan orang tua sedang melakukan aktivitas harian seperti biasa.

Tanpa tedeng aling-aling, para pasukan kemudian membantai hampir 500 penduduk sipil tak bersenjata di sana. Selain itu, ada sebagian penduduk yang dimasukkan ke dalam suatu bungker tempat persembunyian, lalu tempat itu dilempari dengan granat, bahkan banyak para wanita yang diperkosa sebelum dibunuh. 

Peristiwa pembantaian My Lai itu terjadi hari ini 16 Maret 52 tahun lalu atau pada 1968. Kisah itu ditulis Rudhi Aviantara dalam Jurnal Hukum Humaniter Universitas Trisakti (2008). 

Pembantaian My Lai menjadi salah satu potret kelam sejarah Perang Vietnam atau Perang Indochina Kedua yang terjadi antara tahun 1957 sampai 1975. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin. 

Daratan di Indochina itu terbelah menjadi dua aliansi, yakni Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Dalam perang itu, Vietnam Selatan didukung oleh negara Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina. Sementara Vietnam Utara merupakan negara komunis yang didukung oleh Uni Soviet dan China. 

Pasukan Amerika Serikat yang merupakan aliansi dari Vietnam Selatan mencurigai Desa My Lai yang berada di Provinsi Quang Ngai sebagai tempat perlindungan gerilyawan pasukan musuh yakni Angkatan Bersenjata Pembebasan Rakyat dari Front Nasional untuk Pembebasan Vietnam (FNPV). Pasukan Amerika menganggap kelompok gerilyawan yang juga disebut Viet Cong itu harus dimusnahkan

Misi memberantas "pasukan kiri" menjadi prioritas. Saking pentingnya, Pasukan Amerika menjadikan jumlah mayat penduduk yang dicurigai sebagai gerilyawan FNPV sebagai indikator pencapaian mereka. Pasukan Amerika tak lagi mengukur berapa banyak wilayah atau lokasi strategis yang direbut atau dikuasai sebagai suatu sasaran operasi. 

Aib Amerika

Setelah pembantaian itu, dua perwira Angkatan Darat Amerika yakni Tom Glen dan Ron Ridenhour melapor kepada Presiden Amerika Nixon. Kabar pun segera tersebar luas di daratan negeri paman sam. Kebanyakan masyarakat menanggapinya secara negatif. 

Akibat peristiwa itu mengutip tempo edisi 1 Juni 2003, pada 1971 , pengadilan militer AS hanya menjatuhkan sanksi pidana kepada satu perwira saja, yakni Letnan William Calley. Ia dinyatakan berasalah karena melakukan pembunuhan terencana dengan memerintahkan penembakan terhadap masyarakat sipil.

BACA JUGA:


 

Ia terbukti sedikitnya membunuh 22 penduduk sipil dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Namun Nixon mengampuninya pada 1974. Vonis pengadilan itu tentu mengecewakan kerabat para korban.

Namun, dampak paling besar adalah perubahan sikap warga AS mengenai perang Indochina. Dua pekan setelah vonis Letnan Calley dijatuhkan, jajak pendapat menunjukkan untuk pertama kalinya dukungan mayoritas rakyat Amerika terhadap Perang Vietnam hilang.