Bagikan:

JAKARTA - Pada 9 Maret 1959, untuk pertama kalinya boneka Barbie dipajang di American Toy Fair, New York, Amerika Serikat (AS). Barbie adalah boneka mainan yang diproduksi massal pertama di AS dengan fitur merupai orang dewasa.

Wanita di belakang terciptanya Barbie adalah Ruth Handler, yang juga mendirikan perusahaan bernama Mattel, Inc. bersama suaminya. Ruth memutuskan untuk mendesain Barbie setelah melihat putrinya mengabaikan boneka bayi dan memilih untuk bermain-main dengan boneka kertas yang memiliki rupa wanita dewasa.

Ruth lalu menyadari bahwa terdapat segmen di pasar bagi anak-anak yang bermain dengan membayangkan masa depan. Dikutip dari History, Maret 9 2020, penampilan Barbie dimodelkan pada boneka bernama Lilli, karakter strip komik Jerman.

Awalnya, Lilli dipasarkan sebagai hadiah lelucon untuk pria dewasa di toko-toko tembakau. Boneka Lilli kemudian menjadi sangat populer di kalangan anak-anak. Mattel, Inc. lalu membeli hak untuk Lilli dan membuat versinya sendiri.

Barbie pertama (Commons Wikimedia)

Boneka Lilli tersebut lalu diberi nama Barbie, terisnpirasi dari nama anak perempuan Ruth yaitu Barbara. Dengan mensponsori program TV Mickey Mouse Club pada 1955, Mattel menjadi perusahaan mainan pertama yang menyiarkan iklan untuk anak-anak.

Mereka menggunakan media ini untuk mempromosikan mainan baru mereka. Pada 1961, permintaan konsumen sangat besar akan boneka itu dan membuat Mattel merilis boneka kekasih untuk Barbie. Ruth menamai boneka lelaki tersebut Ken, yang mana merupakan nama anak laki-lakinya.

Teman baik Barbie, Midge, rilis pada 1963. Lalu Ruth kembali membuat boneka sebagai adik perempuan Barbie bernama Skipper pada 1964. Selama bertahun-tahun, Barbie menghasilkan penjualan besar namun di sisi lain boneka tersebut juga ​​menimbulkan banyak kontroversi.

Sisi positifnya, banyak wanita melihat Barbie sebagai alternatif bagi peran gender tradisional pada 1950-an. Barbie juga dapat dimainkan sebagai profesi yang kerap dilakukan orang dewasa, dari pramugari, dokter, pilot, astronot hingga atlet Olimpiade bahkan kandidat presiden AS.

Dosa si jelita

Meski begitu, di sisi lain, aksesori tambahan Barbie seperti pakaian, mobil, dan 'rumah impian' yang tiada henti mendorong anak-anak untuk menjadi materialistis. Namun penampilan Barbie lah yang paling menimbulkan kontroversi.

Pinggangnya yang mungil dan payudaranya yang besar membuat banyak orang mengklaim bahwa Barbie memberikan contoh yang tidak realistis dan berbahaya bagi gadis kecil dan menumbuhkan citra tubuh yang negatif. Meskipun dikritik, penjualan barang dagangan yang terkait dengan Barbie terus melonjak.

Pada 1993, penjualan Barbie mencapai hingga 1 miliar dolar. Sejak 1959, lebih dari satu miliar boneka dalam keluarga Barbie telah terjual di seluruh dunia dan Barbie sekarang menjadi ikon global. Pada 2011, organisasi nonpemerintah Greenpeace membuat sebuah kampanye yang memperlihatkan salah seorang aktivisnya menggunakan pakaian layaknya Ken, kekasih Barbie.

Aktivis tersebut membawa sebuah spanduk ke kantor Mattel dengan tulisan: Barbie Kita Putus. Aku tak mau memiliki pacar yang terlibat deforestasi. 

Dilansir dari laman greenpeace.org, perusahaan Barbie tersebut diketahui menggunakan produk-produk dari Asia Pulp sebuah perusahaan yang terus bergantung pada pembukaan hutan untuk bubur kertas dan kertas. Pembukaan hutan tersebut berpotensi merusak iklim dunia, memberi dampak buruk pada masyarakat setempat dan hewan-hewan yang terancam punah seperti harimau Sumatera.

Mattel lalu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka telah "meluncurkan investigasi terhadap dugaan deforestasi". Mattel juga mengklaim telah mengembangkan kebijakan bahwa tidak akan melakukan deforestasi untuk produk Barbienya, tetapi perusahaan tidak memberikan rincian tentang bagaimana mereka akan menerapkan kebijakan ini.