Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, 12 tahun yang lalu, 26 Desember 2012, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) masuk gorong-gorong Bundaran HI. Aksi itu dilakukan untuk mengecek daya tampung gorong-gorong. Istimewanya aksi Jokowi langsung viral di dunia maya.

Sebelumnya, Jokowi dikenal sebagai pemimpin yang suka blusukan. Gaya memimpin itu dilakukan karena Jokowi menganggap masalah warga itu di lapangan. Bukan di kantor. Jokowi kadang dengan spontanitasnya langsung melakukan aksi heboh, termasuk masuk gorong-gorong.

Jokowi jadi seorang politisi bukan cuma mengandalkan nasib mujur belaka. Tindak-tanduknya sebagai kepala daerah dikagumi banyak pihak. Ia mampu memimpin kota Solo dengan baik. Ia mampu mengemas gaya kepemimpinan yang dekat dengan rakyat.

Ia mau berdialog dengan rakyat. Hasil dialog itu diolah dengan aksi nyata atau rangkaian kebijakan. Semua itu dilakukan Jokowi dengan langkah sederhana. Blusukan, namanya. Aksi blusukan sering dilakukan Jokowi karena ia merasa masalah warga ada di luar, bukan di dalam kantor.

Upaya belanja langsung masalah di lapangan dapat membuatnya memahami kondisi sebenarnya di masyarakat. Ia jadi memahami apa yang menjadi kendala utama masyarakat. Ia dapat menghadirkan kebijakan tepat guna.

Aksi Jokowi bersiap masuk gorong-gorong Bundaran HI. (ANTARA)

Imej Jokowi dan blusukannya berada di atas angin. Aksi blusukan Jokowi dikagumi banyak pihak. Modal itu membuatnya kesohor di seantero negeri. Ia bahkan mendapatkan kesempatan ikut kontestasi politik jadi cagub DKI Jakarta dan menang pada 2012.

Kemenangan itu dianggap wajar karena Jokowi telah kesohor. Ia langsung melakukan aksi blusukan kala jadi pemimpin Jakarta. Ia mendatangi kantor-kantor bawahannya – Wali Kota Jakarta. Ia juga masuk ke pemukiman kumuh.

Ia pergi ke pasar. Jokowi bahkan menyarankan bawahannya untuk melakukan hal yang sama. Mereka diminta Jokowi untuk turun langsung ke lapangan supaya mengetahui keinginan warga Jakarta.

“Gubernur DKI Jakarta Jokowi punya punya cara khusus menegur aparat pemerintahannya. Kamis pekan lalu, di hadapan lurah, camat, dan pejabat eselon II di Jakarta Utara, ia mengingatkan perlunya seorang pemimpin bersiaga turun lapangan. Siap blusukan masuk kampung mengecek lapangan, jika perlu sampai nyemplung ke gorong-gorong,” ungkap Widiarsi Agustina dalam tulisannya di majalah Tempo berjudul Asam Urat di Kantor Jokowi (2012).

Jokowi pun membuktikan omongannya. Pemimpin tak saja jago urusan kantor, ia juga membuktikan bahwa pemimpin harus totalitas di lapangan. Jokowi sampai masuk gorong-gorong di Bundaran HI pada 26 Desember 2012.

Aksi Jokowi masuk gorong-gorong bertujuan untuk mengetahui bagaimana ruang gorong-gorong dalam mengantisipasi banjir di Jakarta. Aksi Jokowi masuk gorong-gorong pun viral di media sosial. Ada yang pro dan ada yang kontra dengan aksi Jokowi.

Jokowi lalu berencana akan membesarkan diameter gorong-gorong. Ia tak ingin jalan protokol bak kolam renang kala hujan dengan intensitas tinggi datang. Sebab, banjir akan membawa warna buruk bagi pemerintahannya.

"Ini besok dibuka saja. Tetapi ditunggui biar nggak ada yang masuk. Zaman Belanda dulu gede, ini kenapa bisa jadi kecil segini. Ini bukannya kecil tetapi kecil banget," kata Jokowi sebagaimana dikutip laman Detik.com, 26 Desember 2012.