Bagikan:

JAKARTA - Dengan bulu yang mengilap dan gigi yang putih berkilau, sepintas anjing pelacak bernama Sky terlihat tidak mungkin dijadikan sebagai senjata Lebanon dalam perang melawan virus corona.

Kendati saat ini kasus COVID-19 di Lebonon, namun perhatian dan kewaspadaan tetap tinggi. Ini seiring dengan akan datangnya musim panas dan pelonggaran pembatasan.

Program vaksinasi juga masih berlanjut di negara ini, dengan kekhawatiran akan ketidakmampuan rumah sakit menangani pasien COVID-19 berangsur-angsur mereda. Tapi, kemunculan varian Delta asal India, membuat otoritas setempat siaga.

Varian Delta yang sebelumnya disebut sebagai varian India ini diketahui, menyebabkan Inggris memperpanjang pengunciannya selama empat minggu dan negara-negara lain mungkin terpaksa melakukan hal yang sama.

ilustrasi anjing
Ilustrasi anjing Wikimedia Commons PROPOLI87

Para dokter di Beirut khawatir, negara itu bisa rentan terhadap puncak lain tahun depan, jika varian Delta mulai berkembang biak. Sebagai salah satu dukungan antisipasi, otoritas setempat memanfaatkan anjing pelacak seperti Sky, yang bahkan bisa membedakan varian baru COVID-19.

"Indera penciuman anjing-anjing itu disetel dengan sangat halus, mereka dapat membedakan antara strain standar COVID-19 dan varian baru seperti Delta," kata Riad Sarkis, dokter Prancis-Lebanon di balik program tersebut, seperti melansir The National News Senin 14 Juni. 

"Kami tahu bahwa ada varian karena anjing memberi kami reaksi baru, dan kami tahu dari reaksi ini ada sesuatu yang berbeda," ungkapnya, setahun setelah melatih kembali anjing pelacaknya untuk mencari virus.

"Anjing kami mampu mendeteksi secara spesifik semua jenis COVID-19," tukas Riad Sarkis.

Anjing-anjing itu awalnya dilatih untuk tujuan lain, mendeteksi segala sesuatu mulai dari bahan peledak hingga narkotika. Kemudian, lebih dari 12 tahun yang lalu, Dr Sarkis mulai meneliti kemampuan anjing untuk mengendus kanker. Hasilnya sangat bagus.

ilustrasi anjing
Ilustrasi anjing di bandara. (Wikimedia Commons/Bjørn Christian Tørrissen)

Ketika pandemi melanda, Dr Sarkis segera mengalihkan upaya penelitiannya, bertanya-tanya apakah anjing-anjing itu dapat mendeteksi COVID-19.

"Ternyata mereka bisa, dan dengan akurasi lebih dari tes PCR," klaim Dr Sarkis.

Sekarang, dia telah melatih anjing-anjing tersebut untuk mengendus varian COVID-19 yang mengancam bisa memperpanjang pandemi di Lebanon.

Carlo Selman yang ikut melatih anjing-anjing tersebut mengatakan, setelah dilatih intensif selama dua bulan, anjing-anjing tersebut dapat mengendus varian COVID-19 dalam hitungan detik, jauh lebih cepat daripada menunggu hasil dari tes swab selama berjam-jam.

"Mereka dapat dikerahkan untuk memeriksa penumpang bandara yang tiba, menetapkan status virus corona mereka dalam beberapa menit," terangnya.

"Saya senang kami berhasil, seperti yang kami lakukan dalam mendeteksi bahan peledak dan mengungkap terorisme. Hari ini kita mengungkap teror pandemi ini," pungkasnya.