Turki Terjunkan Anjing Pelacak untuk Deteksi COVID-19 di Bandara, Dilatih Peneliti Selama Enam Bulan
Ilustrasi pelatihan anjing untuk mampu mengenali COVID-19. (Sumber: AA Photo via Daily Sabah)

Bagikan:

JAKARTA - Anjing pelacak semakin banyak dipekerjakan untuk mendeteksi kasus COVID-19 ketika sebuah perusahaan keamanan Turki bergabung dengan perusahaan lain di seluruh dunia untuk menggunakan anjing K-9 untuk tujuan ini.

Meskipun studi jangka panjang belum tersedia pada kemampuan anjing pelacak, para ilmuwan percaya, mereka mungkin memiliki semacam akurasi dalam mendeteksi kasus positif.

TAV Security, perusahaan berbasis di Istanbul yang mengkhususkan diri dalam layanan keamanan bandara, meminta bantuan peneliti dari rumah sakit pelatihan dan penelitian di kota, serta di Fakultas Kedokteran Hewan Cerrahpaşa untuk melatih anjing yang sudah bekerja dan berhasil mengendus, mengeluarkan bahan peledak dan obat-obatan.

Indera penciuman mereka yang kuat, diuji untuk mendeteksi COVID-19 dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Turki selama sekitar satu tahun.

Di fasilitas pelatihan, para pelatih memberikan pelatihan kepada anjing untuk mendeteksi orang yang positif virus corona. Sampel keringat yang diambil dari ketiak orang yang positif COVID-19 diberikan kepada anjing untuk pelatihan, yang memakan waktu sekitar enam bulan.

Pelatih mengatakan, anjing sekarang dapat mengetahui, atau lebih tepatnya memberi isyarat, perbedaan antara yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi. Ketika mereka mendeteksi orang yang positif COVID-19, anjing-anjing itu dilatih untuk duduk di depan mereka.

Setelah program pelatihan selesai, perusahaan berencana mempekerjakan mereka di bandara dan tempat serupa. Manajer perusahaan, Turgay ahan, mengatakan kepada Anadolu Agency (AA) pada Hari Rabu, mereka mendirikan fasilitas pelatihan anjing pada tahun 2019 dan memutuskan untuk melatih mereka dalam deteksi virus corona setelah pandemi mencengkeram dunia.

"Indera penciuman mereka sekitar 100.000 kali (lebih) maju daripada manusia, dan mereka sudah digunakan dalam pendeteksian penyakit di negara lain," ungkapnya kepada Anadolu seperti mengutip Daily Sabah 12 Januari.

Şahan mengakui, pekerjaan deteksi anjing tidak dapat dibandingkan dengan tes reaksi berantai polimerase (PCR) dan tes lain yang digunakan dalam diagnosis COVID-19 yang akurat, tetapi mereka dapat membantu menunjukkan kasus yang mencurigakan di tempat-tempat ramai.

Dia mengatakan mereka menjalankan penelitian dengan empat fase dan menemukan, bahwa anjing memiliki tingkat keberhasilan 94 persen dalam mendeteksi kasus positif.

Terpisah, Orkun Kara, seorang pelatih anjing di fasilitas tersebut, mengatakan mereka bekerja dengan 10 anjing dan semuanya berhasil berbagai derajat dalam mengendus kasus positif.

"Mereka hapal bau pasien COVID-19 dan mampu mendeteksi kasus yang berasal dari semua varian virus corona," tandasnya.

Kara menambahkan, anjing sudah bisa membedakan delapan bau berbeda yang dipancarkan oleh bahan peledak, dan ini hanya akan menjadi "bau kesembilan."

"Mereka bisa mendeteksi bau dari jarak 8 hingga 10 sentimeter (3 hingga 4 inci)," pungkasnya.