Bagikan:

JAKARTA - Untuk pertama kalinya sejak Juli 2020 lalu, Inggris tidak melaporkan kematian harian akibat COVID-19 pada Selasa 1 Juni kemarin. Sementara sehari sebelumnya, Inggris hanya melaporkan satu kematian harian akibat COVID-19.

Kabar gembira yang disambut antusias namun tidak mengurangi kewaspadaan otoritas Inggris. Namun, angka kematian akibat COVID-19 di Inggris masih yang kelima terbesar di dunia dengan catatan 127.782 kematian, atau yang terburuk di Eropa. 

"Seluruh negara akan sangat senang tidak ada kematian terkait COVID yang tercatat kemarin," kata Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock dalam sebuah pernyataan, menambahkan manfaat dari vaksinasi COVID-19, seperti melansir Reuters Rabu 2 Juni. 

"Namun terlepas dari kabar baik yang tidak diragukan lagi ini, kami tahu kami belum mengalahkan virus ini, dan dengan kasus yang terus meningkat, harap ingat tangan, wajah, ruang dan biarkan udara segar masuk saat di dalam ruangan. Dan tentu saja, pastikan kapan Anda bisa mendapatkan vaksin COVID-19 secara utuh," lanjutnya. 

Meskipun tonggak nol kematian akan disambut baik, para ilmuwan Inggris kembali memperingatkan bahaya gelombang baru infeksi COVID-19 yang disebabkan oleh varian Delta yang pertama kali terindentifikasi di India

Bersama dengan para penasihat senior pemerintah, kalangan ilmuwan mendesak kehati-hatian terkait target untuk mengakhiri semua pembatasan COVID-19 di Inggris pada 21 Juni mendatang, seperti melansir The Guardian

"Saya harap Inggris tidak berada dalam tahap untuk memasuki gelombang ketiga COVID-19.Tapi, itu bukan tidak mungkin," ujar mantan kepala penasihat ilmiah pemerintah Prof Sir Mark Walport Selasa kemarin.

Sehari sebelumnya, Prof Ravi Gupta, anggota Kelompok Penasihat Ancaman Virus Pernafasan Baru dan Berkembang (Nervtag) mengatakan, ada 'pertumbuhan eksponensial' dalam kasus-kasus baru, dengan varian yang pertama kali terdeteksi di India.