Bank Dunia: Perang 11 Hari, Dana Pemulihan Jalur Gaza Capai Rp7 Triliun
Ilustrasi dampak serangan udara Israel ke Jalur Gaza. (Wikimedia Commons/RafahKid Kid)

Bagikan:

JAKARTA - Jalur Gaza membutuhkan dana pemulihan hingga 485 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp7.024.861.250.000, dalam kurun waktu dua tahun mendatang setelah perang selama 11 hari dengan Israel Bulan Mei lalu menurut Bank Dunia.

Prioritas langsung adalah memberikan bantuan, memperbaiki kerusakan infrastruktur dan mengembalikan layanan penting yang terganggu oleh konflik setidaknya ke tingkat sebelum konflik, sebut Bank Dunia dalam sebuah pernyataan, mengutip The National News Rabu 7 Juli.

Lebih jauh Bank Dunia mengatakan, kebutuhan pemulihan kritis termasuk uang tunai untuk sekitar 45.000 warga Palestina, bantuan makanan dan non-makanan, serta menyediakan tambahan 20.000 pekerjaan penuh waktu untuk tahun depan. 

Prioritas lainnya adalah pemenuhan kebutuhan rumah, setelah lebih dari 4.000 rumah hancur atau rusak sebagian. Kebutuhan untuk meningkatkan produksi pangan juga menjadi prioritas utama, bersama dengan rehabilitasi aset fisik.

Penilaian awal oleh Bank Dunia dilakukan antara 25 Mei dan 25 Juni dalam kemitraan dengan PBB dan Uni Eropa, segera setelah penghentian permusuhan, dan bekerja sama dengan Otoritas Palestina, memperkirakan kerusakan fisik hingga 380 juta dolar AS dan kerugian ekonomi 190 juta dolar AS.

jalur gaza
Ilustrasi kondisi di Jalur Gaza. (Wikimedia Commons/gloucester2gaza)

"Permusuhan 11 hari pada Mei 2021 di Gaza mengakibatkan tewasnya lebih dari 260 orang, termasuk 66 anak-anak dan 41 wanita, dan memperburuk trauma sebelumnya, khususnya di kalangan anak-anak. Korban manusia diperparah oleh kerusakan dan kerugian keseluruhan pada sektor sosial, infrastruktur, produktif dan keuangan," sebut Bank Dunia.

Ekonomi Gaza, yang telah berada di bawah blokade Israel sejak 2007, dapat menyusut 0,3 persen pada 2021, dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan 2,5 persen yang diharapkan sebelum bentrokan bersenjata, menurut Bank Dunia. 

Sementara, pengangguran di antara warga Palestina di Gaza mencapai sekitar 50 persen, lebih dari separuh penduduknya hidup dalam kemiskinan dan 62 persen warga Palestina mengalami kerawanan pangan setelah bentrokan Bulan Mei.

"Krisis kemanusiaan diperburuk dalam ekonomi dengan hubungan yang sangat terbatas dengan dunia luar. Dengan penilaian ini, kami berharap dapat memobilisasi dukungan donor untuk membantu memulihkan kondisi kehidupan dan mata pencaharian yang bermartabat di Gaza, memimpin jalan menuju pemulihan," tukas Direktur Bank Dunia untuk Tepi Barat dan Jalur Gaza Kanthan Shankar. 

"Ini adalah episode malang lainnya di mana orang-orang Palestina di Gaza melihat diri mereka berada di tengah konflik dan kehancuran," lanjut Shankar.

jalur gaza
Ilustrasi sekolah yang hancur di Jalur Gaza. (Wikimedia Commons/International Solidarity Movement)

Bank Dunia menaksir, kerusakan fisik yang disebabkan oleh permusuhan berkisar antara 290 juta dolar AS hingga 380 juta dolar AS, dengan sektor sosial menanggung beban terbesar dan menyumbang lebih dari setengah total kerusakan. 

Selain itu, Bank Dunia menyebut konflik tersebut menghasilkan kerugian ekonomi dalam bentuk terputusnya aliran ekonomi, produksi dan jasa yang berkisar antara 105 juta dolar AS hingga 190 juta dolar AS. 

"Konflik secara signifikan melemahkan mata pencaharian dan jaring pengaman mereka yang paling rentan," terang Bank Dunia.

"Warga Palestina di Gaza telah menderita kerugian kumulatif, manusia dan ekonomi, permusuhan berulang selama tiga dekade terakhir, serta pembatasan yang berkepanjangan pada pergerakan orang dan barang komersial di penyeberangan perbatasan, pembatasan penangkapan ikan di lepas pantai Gaza dan sekarang dampak dari pandemi COVID-19," urai Bank Dunia.

Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland menyebut, penilaian yang dilakukan oleh Bank Dunia dan mitranya ini merupakan langkah penting. Dia meminta masyarakat internasional untuk bersama-sama mendukung upaya yang sedang berlangsung.

Sementara, Perwakilan Uni Eropa Sven Kühn von Burgsdorff mengatakan, kausalitas sipil dan dampak sosio-ekonomi yang menghancurkan dari permusuhan ini mengingatkan perlunya mengatasi akar penyebab konflik.

"Pemulihan Gaza harus didukung oleh proses perdamaian yang berarti yang akan membawa keamanan dan martabat bagi semua. Keberlanjutan pemulihan Gaza akan sangat bergantung pada kemajuan proses politik dan solusi yang dinegosiasikan. Persatuan Palestina dan pembaruan demokrasi melalui pemilihan umum yang bebas dan adil juga sangat penting," tukasnya.