Bagikan:

JAKARTA - Mayoritas komandan militer aktif di Rusia saat ini disebut mendapatkan pengalaman dan ditempa kemampuan bertempurnya di Suriah. Dan, pengalaman yang diperoleh dipakai untuk mengembangkan kurikulum pelatihan di dalam negeri.

Ini dikatakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, saat mengggelar pertemuan dengan jajaran Kementerian Pertahanan dan perwakilan industri pertahanan selama tiga hari pekan lalu. 

Presiden Putin mengungkapkan, mayoritas komandan formasi dan resimen militer  Rusia juga memeroleh pertumbuhan kualitatif di tingkat pelatihan staf komando, berkat pengalaman perang yang diperoleh. 

"Semua komandan dari semua angkatan, Angkatan Udara dan Tentara Pertahanan Udara, lebih dari 85 persen komandan formasi dan resimen militer telah memeroleh pengalaman tempur di Republik Arab Suriah," ujar Vladimir Putin seperti melansir TASS Senin 31 Mei.

militer rusia
Presiden Vladimir Putin bersama Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dan Kepala Staf Jenderal Valery Gerasimov. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/Пресс-служба Президента Российской Федерации)

"Sekarang (kami) mengandalkannya dalam melakukan manuver, komando dan latihan dan latihan staf, serta dalam pelatihan personel unit dan formasi militer," lanjutnya.

Melansir CNBC, sejak perang dalam negeri pecah di Suriah tahun 2011, Rusia menjadi salah satu negara yang aktif menerjunkan pasukannya, untuk mendukung tentara rezim Bashar al-Assad, menghadapi pasukan anti pemerintah dan kelompok teroris ISIS.

Mengerahkan kekuatan darat, laut dan udara, Rusia disebut menampilkan intervensi militer yang efektif di Suriah. Dilansir DW.com dari Reuters, petinggi militer Amerika Serikat mengakui efisiensi ini.

"Tidak perlu diragukan lagi, posisi Presiden Suriah Bashar al-Assad kini lebih aman dibanding sebelumnya," sebut petinggi militer Amerika Serikat kepada Reuters. Juga posisi tawar menawar Rusia di meja perundingan internasional terkait konflik Suriah langsung melambung. Kini tidak mungkin ada solusi damai tanpa keterlibatan Moskow.

militer rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin rapat petinggi militer Rusia. (Sergei Ilyin/Russian Presidential Press and Information Office/TASS)

Yang menarik, intervensi militer di Suriah juga memberi kesempatan Rusia untuk menghabiskan amunisi lama era Uni Soviet, mengujicoba senjata baru dan seluruh data hasil peperangan, dianalisa untuk kemudian diintegrasikan pada taktik dan strategi militer terbaru. 

"Rusia tidak membabi buta melancarkan operasi militer di Suriah. Mereka menarik keuntungan dari ongkos perang yang amat rendah," sebut seorang petinggi intelijen Amerika Serikat.

Terbaru, tentara Rusia berhasil membungkam 338 teroris, mengamankan 26 gudang senjata dengan lbih dari 21,5 ton amunisi dan 7 ton peralatan sejak 23 April, dalam pengumuman jelang Pemilu Suriah pekan lalu. 

"Satuan pasukan pro-pemerintah Suriah, dengan dukungan Pasukan Dirgantara Rusia, juga melanjutkan misi pencarian dan pengintaian mereka di gurun Suriah. Sejak 23 April, total 228 anggota kelompok teroris telah terbunuh dan 44 ditangkap, 20 kendaraan telah disita dan enam hancur, 38 fasilitas dan 45 tempat persembunyian telah dihancurkan," jelas juru bicara tentara Rusia di Suriah. 

Ini termasuk dengan pemeriksaan jalan sepanjang 2.530 kilometer dan 865 bangunan, pembersihan ranjau di tiga lokasi, jelang Pemilu pada 26 Mei lalu. Hasilnya, Bashar al-Assad kembali terpilih sebagai Presiden Suriah dengan raihan 95,1 persen suara.