JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin tengah 'meminggirkan' Menteri Pertahanan Jenderal Sergei Shoigu, lantaran perang di Ukraina tidak berjalan sesuai rencana, kata Angkatan Bersenjata Inggris, mengutip laporan dari Moskow.
Saat invasi ke Ukraina memasuki bulan ketujuh, Rusia telah merebut sekitar 20 persen wilayah Ukraina. Namun, angkatan bersenjatanya telah kehilangan puluhan ribu tentara, sebut Kementerian Pertahanan Inggris.
Buntunya, Presiden Putin dikatakan beralih ke komandan lapangannya untuk mendapatkan pembaruan tentang kemajuan pasukan Rusia di medan perang, menghindari Jenderal Shoigu yang dilaporkan dianggap "tidak berhubungan".
"Laporan media independen Rusia baru-baru ini mengklaim, karena masalah yang dihadapi Rusia dalam perangnya melawan Ukraina, (Shoigu) sekarang dikesampingkan dalam kepemimpinan Rusia, dengan komandan operasional memberi laporan langsung kepada Presiden Putin tentang jalannya perangm," jelas Kementerian Pertahanan Inggris dalam pembaruan intelijen, melansir The National News 29 Agustus.
"Perwira dan tentara Rusia dengan pengalaman langsung perang mungkin secara rutin mengejek Shoigu, karena kepemimpinannya yang tidak efektif dan tidak tersentuh, lantaran kemajuan Rusia terhenti."
"Shoigu kemungkinan telah lama berjuang untuk mengatasi reputasinya sebagai orang yang kurang memiliki pengalaman militer yang substansial, karena ia menghabiskan sebagian besar karirnya di sektor konstruksi dan Kementerian Situasi Darurat," kata pembaruan tersebut.
Jenderal Shoigu telah menjabat sebagai Menteri Pertahanan Rusia sejak 2012, menjadikannya anggota pemerintahan terlama.
Ketidakhadirannya dari layar TV di Rusia telah diperhatikan selama beberapa bulan terakhir. Kremlin telah membantah bahwa dia menderita kesehatan yang buruk.
BACA JUGA:
Pekan lalu, Jenderal Shoigu mengklaim perlambatan perang Rusia di Ukraina disengaja, dan didorong oleh keinginan untuk mengurangi korban sipil.
Berbicara pada pertemuan para menteri pertahanan Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Uzbekistan, dia mengatakan: "Semuanya dilakukan untuk menghindari korban di kalangan warga sipil. Tentu saja, ini memperlambat laju serangan, tetapi kami melakukannya dengan sengaja."
Dia mengatakan invasi "berjalan sesuai rencana" dan "semua tugas akan selesai".